>

ShoutMix chat widget

Guestbook Rolling Widget

Sejarah Singkat

Sejak jatuhnya suharto, beberapa komite aksi menyadari kebutuhan sebuahorganisasi perjuangan yang bergerak secara nasional menyatukan perlawanan mahasiswa bersama rakyat secara sistematis dan terprogram. Komite-komite aksi tersebut, terdiri dari 11 buah termasuk dari Timor Leste, kemudian mendirikan Front Nasional untuk Reformasi Total (FNRT) di pertengahan Mei 1998. Namun usia Front tidaklah panjang. Dii pertengahan 1998 FNRT bubar ditengah Kelesuan dan kebimbangan gerakan, meski komite-komite yang bergabung didalamnya mencoba membentuk lagi sebuah organisasi nasional bernama Alansi Demokratik (ALDEM) pada Agustus 1998. Mereka juga telah berhasil menerbitkan sebuah majalah “ALDEM” satu kali dan menggalang sebuah aksi nasional pada tanggal 14 September 1998 dengan isu Cabut Dwi Fungsi ABRI. Namun nasibnya tak jauh berbeda dengan FNRT, tenggelam di tengah hiruk pikuk gerakan menjelang Sidang Istimewa MPR 1998.Upaya berikutnya adalah pembentukan Front Nasional untuk Demokrasi (FONDASI) pada pertengahan Februari 1999. Buntunya RMNI (Rembug Mahasiswa Nasional Indonesia) II di Surabaya dalam persoalan pengambilan momentum Pemilu Juni 1999, memaksa Fondasi untuk mengundang berbagai komite aksi untuk hadir dalam Konggres Mahasiswa di Bogor pada 9-12 Juli 1999. Dari 20 komite aksi yang berasal dari berbagai kota di Indonesia, 19 diantaranya sepakat untuk mendirikan sebuah organisasi nasional demi terwujudnya kesatuan perjuangan gerakan secara nasional. Organisasi tersebut bernama Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi disingkat LMND. Kongres I tersebut juga menyatakan bahwa Perjuangan LMND adalah bagian dari Perjuangan rakyat Indonesia dalam rangka menghancurkan sistem yang anti demokrasi dan mewujudkan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan sosial. Tujuan itu juga dinyatakan dalam ideologi organisasi yang disebut demokrasi kerakyatan, yang secara teori dan praktek berpihak kepada mayoritas raakyat, yaitu kaum buruh ,tani dan kaum miskin kota. Hingga sekarang pasca Kongres ke IV LMND telah berdiri di 104 kota di Indonesia.

Jumat, 25 Desember 2009

Gerakan Mahasiswa Revolusioner: Teori dan Praktek

Ernest Mandel

Pengantar

Pada tahun 1968, seorang Marxist dari Belgia, Ernest Mandel berbicara di depan 33 perguruan tinggi di Amerika Serikat dan Kanada, dari Harvard ke Berkeley dan dari Montreal ke Vancouver. Lebih dari 600 orang memadati Education Auditorium di New York University pada tanggal 21 September 1968 untuk menghadiri "Majelis Internasional Gerakan Mahasiswa Revolusioner". Presenta­si Mandel di tempat itu dipandang sebagai kejadian yang sangat menonjol oleh majelis dan salah satu saat penting dari seluruh perjalanannya. Pidato dan beberapa kutipan dari diskusi yang mengikutinya menjadi dua bagian pertama dari pamflet ini.

Pidato Mandel adalah polemik yang sangat hebat terhadap kecenderungan "aktivisme" dan "spontanisme", yang belakangan ini muncul di kalangan kaum radikal di dunia Barat. Ia kemudian berbicara mengenai konsepsi Marxis tentang integrasi yang tidak terpisahkan antara teori dan praktek. Selama diskusi, Mandel menjawab sejumlah pertanyaan yang kontroversial di kalangan kaum radikal dengan argumen panjang lebar. Beberapa di antaranya berbicara tentang azas sosial ekonomi dari Uni Sovyet, "Revolusi Kebudayaan" di Cina, perlunya dibentuk sebuah partai Leninis, dorongan moral lawan dorongan material, dan banyak hal lainnya.

Bagian ketiga pamflet ini adalah pidato yang diberikan Mandel pada Seminar Ilmu dan Kesejahteraan yang diadakan di Universitas Leiden, Negeri Belanda pada tahun 1970, ketika sedang dilakukan perayaan 70 tahun universitas tersebut. Mandel berpen­dapat bahwa kebutuhan kapitalisme saat ini akan tenaga kerja yang terlatih dalam jumlah besar merangsang ekspansi universitas yang cepat dan menghasilkan "proletarianisasi" tenaga intelektual, yang tunduk kepada tuntutan-tuntutan kapitalis dan tidak berhu­bungan dengan bakat perorangan atau kebutuhan manusia.

Makin terasingnya tenaga kerja intelektual ini sedikit banyak menggerakkan perlawanan mahasiswa yang, walaupun tidak menduduki posisi sebagai pelopor kelas buruh, dapat menjadi picu peledak di dalam masyarakat luas. Menurutnya mahasiswa memiliki kewajiban menerjemahkan pengetahuan teoretis, yang mereka peroleh di universitas, ke dalam kritik-kritik yang radikal terhadap keadaan masyarakat sekarang dan tentunya relevan dengan mayoritas penduduk. Mahasiswa harus berjuang di dalam universitas dan di balik itu untuk masyarakat yang menempatkan pendidikan untuk rakyat di depan penumpukan barang.

BAB I

Gerakan Mahasiswa Revolusioner:Teori dan Praktek

Rudi Dutshcke, pemimpin mahasiswa Berlin dan sejumlah tokoh mahasiswa lainnya di Eropa, telah menjadikan konsep menyatunya teori dan praktek (teori dan praktek yang revolusioner tentunya) sebagai gagasan sentral aktivitas mereka. Ini bukan pilihan yang sewenang-wenang. Persatuan teori dan praktek ini dapat dibilang pelajaran yang paling berharga dari rekaman sejarah yang diukir oleh revolusi-revolusi yang telah berlalu di Eropa, Amerika dan bagian dunia lainnya

Tradisi historis yang mengandung gagasan ini dimulai dari Babeuf melalui Hegel dan sampai ke Marx. Penaklukan ideologis ini berarti bahwa pembebasan manusia harus diarahkan pada usaha yang sadar untuk merombak tatanan masyarakat, untuk mengatasi sebuah keadaan di mana manusia didominasi oleh kekuatan ekonomi pasar yang buta dan mulai menggurat nasib dengan tangannya sendiri. Aksi pembebasan yang sadar ini tidak dapat dijalankan secara efektif, dan tentunya tidak dapat berhasil, jika orang belum menyadari dan mengenal lingkungan sosial tempatnya hidup, mengen­al kekuatan sosial yang harus dihadapinya, dan kondisi sosial ekonomi yang umum dari gerakan pembebasan itu.

Sama seperti persatuan antara teori dan praktek merupakan penuntun yang mendasar bagi setiap gerakan pembebasan saat ini, begitu pula Marxisme mengajarkan bahwa revolusi, revolusi yang sadar, hanya dapat berhasil jika orang mengerti azas masyarakat tempatnya hidup, dan mengerti kekuatan pendorong yang menggerak­kan perkembangan sosial ekonomi masyarakat tersebut. Dengan kata lain, jika ia tidak mengerti kekuatan yang menggerakkan evolusi sosial, ia tidak akan sanggup mengubah evolusi itu menjadi sebuah revolusi. Ini adalah konsepsi utama yang diberikan Marxisme kepada gerakan mahasiswa revolusioner di Eropa.

Kita akan coba melihat bahwa kedua konsep itu, menyatunya teori dan praktek, serta sebuah pemahaman Marxis terhadap kondisi obyektif masyarakat, yang telah ada jauh sebelum gerakan mahasis­wa di Eropa lahir, ditemukan dan disatukan kembali dalam aksi-aksi perjuangan mahasiswa Eropa, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri.

Gerakan mahasiswa mulai bermunculan di mana-mana dan di Amerika Serikat pun tidak berbedasebagai perlawanan terhadap kondisi langsung yang dialami mahasiswa di dalam lembaga akademis mereka, di universitas dan sekolah tinggi. Aspek ini sangat jelas di dunia Barat tempat kita hidup, walaupun keadaannya sangat berbeda di negara-negara berkembang. Di sana, banyak kekuatan dan keadaan lain yang mendorong anak muda di universitas atau non-universitas untuk bangkit. Tapi selama dua dekade terakhir, anak muda yang masuk ke universitas di dunia Barat tidak menemukan di lingkungan rumah, kondisi keluarga atau masyarakat lokalnya alasan-alasan yang mendesak untuk melakukan perlawanan sosial.

Tentunya ada beberapa perkecualian. Komunitas kulit hitam di Amerika Serikat termasuk di dalam perkecualian itu; para buruh imigran yang dibayar rendah di Eropa Barat juga termasuk di dalamnya. Bagaimanapun, di kebanyakan negara-negara Barat, maha­siswa yang berasal dari lingkungan proletariat yang miskin masih menjadi minoritas yang sangat kecil. Mayoritas mahasiswa saat ini berasal dari lingkungan borjuis kecil atau menengah atau golongan penerima gaji atau upah yang mendapat bayaran lumayan. Ketika memasuki universitas mereka secara umum tidak disiapkan oleh hidup yang mereka jalani untuk sampai pada titik pemahaman yang jelas dan lengkap tentang alasan-alasan perlunya perlawanan sosial. Mereka baru akan memahaminya ketika berada di dalam kerangka universitas. Di sini aku tidak mengacu kepada sejumlah perkecualian atau golongan kecil elemen-elemen yang memiliki pengetahuan politik yang memadai, tapi kepada massa mahasiswa secara keseluruhan yang berhadapan dengan sejumlah kondisi, yang membimbing mereka pada jalan perlawanan

Singkatnya, ini sudah mencakup organisasi, struktur dan kurikulum universitas yang amat tidak memadai dan serangkaian fakta material, sosial dan politik yang dialami dalam kerangka universitas borjuis, yang semakin tidak dapat ditahan oleh keban­yakan mahasiswa. Menarik untuk dicatat bahwa para teoretisi dan pendidik borjuis yang berusaha memahami perlawanan mahasiswa, harus memasukkan sejumlah pernyataan di dalam analisis mereka terhadap lingkungan mahasiswa, yang telah lama mereka enyahkan dari analisis umum terhadap masyarakat.

Beberapa hari yang lalu, ketika berada di Toronto, salah satu pendidik Kanada yang terkenal memberikan kuliah umum tentang sebab-sebab terjadinya perlawanan mahasiswa. Menurutnya, alasan-alasan perlawanan itu "secara mendasar bersifat material. Bukan berarti bahwa kondisi hidup mereka tidak memuaskan; bukan karena mereka diperlakukan buruh seperti buruh abad XIX. Tapi karena secara sosial kita menciptakan sejenis proletariat di universitas yang tidak berhak berpartisipasi dalam menentukan kurikulum, tidak berhak, setidaknya untuk ikut menentukan kehidupan mereka sendiri selama empat, lima atau enam tahun yang mereka habiskan di universitas."Sekalipun aku tidak dapat menerima definisi yang non-Marxis tentang proletariat di atas, aku berpikir bahwa pengajar borjuis ini sebagian telah menelusuri salah satu akar dari perlawanan mahasiswa. Struktur universitas borjuis hanyalah cerminan dari struktur hirarki yang umum dalam masyarakat borjuis; keduanya tidak dapat diterima oleh mahasiswa, bahkan oleh tingkat kesadar­an sosial yang sementara ini masih rendah. Kiranya terlalu berle­bihan kalau saat ini juga kita coba membahas akar-akar psikologis dan moral dari gejala itu. Di beberapa negara di Eropa Barat, dan mungkin juga di Amerika Serikat, masyarakat borjuis seperti yang berkembang selama generasi terakhir ini, selama 25 tahun terakhir telah menghantam banyak elemen di dalam keluarga borjuis. Sebagai anak muda, para mahasiswa pembangkang diajarkan pertama-tama oleh pengalaman langsung untuk mempertanyakan semua bentuk wewenang, dimulai dengan wewenang orang tuanya.

Hal ini paling terasa di negara seperti Jerman sekarang ini. Jika kalian tahu sesuatu tentang kehidupan di Jerman, atau mempe­lajari cerminannya di dalam kesusastraan Jerman, maka kalian akan tahu bahwa sampai Perang Dunia II, wewenang paternal paling sedikit dipertanyakan di negara itu. Kepatuhan anak terhadap orang tua telah mendarah daging dalam proses penciptaan masyara­kat (fabric of society). Anak-anak muda Jerman kemudian mengalami rangkaian pengalaman pahit yang dimulai dengan adanya generasi orang tua di Jerman yang menerima Nazisme, mendukung Perang Dingin, dan hidup nyaman dengan asumsi bahwa "kapitalisme rakyat" (disebut juga ekonomi pasar yang sosial), tidak akan menghadapi resesi, krisis dan masalah sosial. Kegagalan yang beruntun dari dua atau tiga generasi orang tua seperti itu kini menghasilkan rasa jijik di kalangan anak muda terhadap wewenang orang tua mereka. Perasaan ini membuat anak-anak tersebut, saat memasuki universitas, tidak menerima setiap bentuk wewenang begitu saja, tanpa perlawanan.

Mereka pertama-tama berhadapan dengan wewenang para dosen dan lembaga-lembaga universitas yang paling tidak dalam bidang ilmu sosialnyata tidak berhubungan dengan realitas. Pelajaran yang mereka peroleh tidak memberikan analisis ilmiah yang obyek­tif tentang apa yang sedang terjadi di dunia atau negara-negara Barat lainnya. Tantangan terhadap wewenang akademis dari lembaga inilah yang kemudian cepat bergeser menjadi tantangan terhadap isi pendidikannya.Sebagai tambahan, di Eropa kondisi material untuk universi­tas masih sangat kurang. Terlalu penuh. Ribuan mahasiswa harus mendengar dosen-dosen berbicara melalui sound system. Mereka tidak dapat berbicara dengan dosen-dosen itu atau sedikitnya berhubungan, bertukar pikiran yang normal atau dialog. Perumahan dan makanan juga buruk. Faktor-faktor pendukung lainnya makin menajamkan kekuatan pemberontakan mahasiswa. Tapi, perlu aku tekanan bahwa dorongan utama untuk melakukan pemberontakan akan tetap ada, sekalipun persoalan-persoalan di atas telah dibenahi. Struktur otoriter dari universitas dan substansi yang sangat lemah dari pendidikan, paling tidak dalam bidang ilmu sosial, lebih menjadi penyebab ketimbang kondisi material di atas.

Inilah alasan mengapa usaha-usaha mengadakan reformasi di universitas, yang disorongkan oleh sayap liberal dalam keadaan-keadaan yang berbeda dalam masyarakat neo-kapitalis barat mungkin menemui kegagalan. Reformasi ini tidak akan mencapai tujuannya karena tidak menyentuh persoalan dasar dari pemberontakan maha­siswa. Mereka tidak berusaha menekan sebab-sebab keterasingan mahasiswa, dan sekalipun melakukannya, mereka hanya akan membuat mahasiswa makin terasing.

Lalu apa tujuan reformasi di universitas seperti yang diaju­kan oleh kaum reformis liberal di dunia barat? Dalam kenyataan, rancangan reformasi itu tidak lain untuk meluruskan organisasi universitas agar sesuai dengan kepentingan ekonomi neo-kapitalis dan masyarakat neo-kapitalis. Tuan-tuan itu mengatakan: tentu sangat disayangkan adanya proletariat akademis; sayang sekali begitu banyak orang yang meninggalkan universitas dan tidak berhasil mendapat pekerjaan. Ini akan menimbulkan ketegangan sosial dan ledakan sosial.

Bagaimana caranya mengatasi persoalan ini? Kita akan membe­nahinya dengan reorganisasi universitas dan membagi-bagi tempat belajar yang ada sesuatu dengan kebutuhan ekonomi neo-kapitalis. Di tempat yang memerlukan 100.000 insinyur akan lebih baik jika dikirim 100.000 insinyur daripada 50.000 orang sosiolog atau 20.000 filsuf yang tidak akan mendapat pekerjaan yang layak. Hal seperti inilah yang akan menghentikan pemberontakan mahasiswa.Di bawah ini adalah suatu usaha menempatkan fungsi universitas pada posisi subordinat terhadap kebutuhan langsung dari ekonomi neo-kapitalis dan masyarakat. Hal ini akan menggerakkan ketera­singan mahasiswa yang makin besar. Jika reformasi-reformasi itu dilakukan maka mahasiswa tidak akan menemukan struktur universi­tas dan pendidikan yang sesuai dengan keinginan mereka. Mereka bahkan tidak diizinkan memilih karir, bidang studi, dan disiplin ilmu yang mereka kehendaki dan berhubungan dengan keahlian dan kebutuhan mereka. Mereka akan dipaksa menerima pekerjaan, disi­plin ilmu dan bidang studi yang berhubungan dengan kepentingan penguasa masyarakat kapitalis, dan tidak berhubungan dengan kebutuhan mereka sebagai manusia. Jadi dengan reformasi di uni­versitas, tingkat alienasi yang lebih tinggi pun akan terjadi. Aku tidak mengatakan bahwa kita harus mengabaikan semua reformasi di dalam universitas. Penting dicari beberapa slogan transisional untuk masalah-masalah universitas, sama seperti kaum Marxis coba mencari slogan-slogan transisional dalam gerakan sosial lain dalam sektor apapun. Misalnya, aku tidak mengerti kenapa slogan "student power" tidak dapat diangkat di dalam lingkup universitas. Dalam masyarakat luas slogan ini memang dihindari karena artinya bahwa sebuah minoritas kecil menempatkan dirinya sebagai pemimpin mayoritas masyarakat. Tapi di dalam universitas slogan "student power" ini, atau slogan lain yang sejurus dengan ide "self-management" oleh massa mahasiswa, jelas punya arti dan valid.

Tapi di sinipun aku akan hati-hati karena banyak persoalan yang membuat universitas berbeda dari pabrik atau komunitas produktif lainnya. Tidak benar, seperti dikatakan sebagian teore­tisi SDS Amerika, bahwa mahasiswa itu sama dengan buruh. Kebanya­kan mahasiswa memang akan menjadi buruh atau sudah setengah buruh. Mereka dapat dibandingkan dengan orang yang magang di pabrik karena kedudukan mereka sama --dari sudut kerja intelektu­al dengan orang magang di pabrik-- dari sudut kerja manual. Mereka memiliki peranan sosal dan tempat transisional yang khas dalam masyarakat. Karena itu kita harus hati-hati merumuskan slogan tentang transisi ini.

Bagaimanapun, kita tidak perlu memperpanjang perdebatan ini sekarang. Mari kita terima saja gagasan "student power" atau "student control" sebagai slogan transisional di dalam kerangka universitas borjuis. Tapi sudah jelas bahwa realisasi slogan ini yang tidak akan mungkin bertahan untuk jangka waktu yang lama, tidak akan mengubah akar-akar alienasi mahasiswa karena mereka tidak terletak di dalam universitas itu sendiri, melainkan dalam masyarakat secara keseluruhan. Dan kita tidak akan sanggup mengu­bah sebuah sektor kecil dalam masyarakat borjuis, dalam hal ini universitas borjuis, dan berpikir bahwa masalah sosial dapat diatasi di segmen tertentu tanpa mengubah masalah sosial dalam masyarakat sebagai keseluruhan.Selama kapitalisme masih ada, maka terus akan ada kerja yang terasing, baik itu kerja manual maupun kerja intelektual. Dan karena itu tetap akan ada mahasiswa yang terasing, seperti apapun aksi-aksi kita menghantam kemapanan dalam lingkup universitas.

Sekali lagi, ini bukan observasi teoretis yang jatuh dari langit. Ini adalah pelajaran dari pengalaman praktek. Gerakan mahasiswa Eropa, paling tidak sayap revolusionernya, telah mela­lui pengalaman ini di seluruh negara-negara Eropa. Dalam garis besar, gerakan mahasiswa dimulai dengan isyu-isyu kampus dan dengan cepat mulai bergerak keluar batas-batas universitas. Gerakan itu mulai menanggapi masalah-masalah sosial dan politik yang tidak langsung berhubungan dengan apa yang terjadi di dalam universitas. Apa yang terjadi di Kolumbia di mana masalah penin­dasan komunitas kulit hitam diangkat oleh sejumlah mahasiswa pemberontak mirip dengan apa yang terjadi dalam gerakan mahasiswa Eropa Barat, paling tidak di kalangan elemen yang maju, yang paling peka terhadap masalah-masalah yang dihadapi orang-orang paling tertindas dalam sistem kapitalis dunia.

Mereka terlibat dalam berbagai aksi solidaritas dengan perjuangan pembebasan revolusioner di negara-negara berkembang seperti Kuba, Vietnam dan bagian-bagian tertindas lainnya Dunia Ketiga. Identifikasi bagian-bagian yang paling sadar dalam gerakan mahasiswa di Prancis dengan revolusi Aljazair, dan perjuangan pembebasan Aljazair dari imperialisme Prancis memainkan peranan besar. Ini mungkin kerangka pertama di mana diferensiasi politik yang nyata terjadi di kalangan gerakan mahasiswa kiri. Kalangan mahasiswa yang sama kemudian akan mengambil tempat di depan dalam perjuangan mempertahankan revolusi Vietnamm melawan perang agresi imperialisme Amerika.Di Jerman, simpati kepada orang-orang terjajah dimulai dari titik yang unik. Gerakan protes mahasiswa yang besar dipicu oleh aksi solidaritas dengan buruh, petani dan mahasiswa dari sebuah negara Dunia Ketiga lainnya, yaitu Iran, saat Shah Iran berkun­jung ke Berlin.

Para mahasiswa pelopor tidak sekadar mengidentifikasikan diri mereka dengan perjuangan di Aljazair, Kuba dan Vietnam: mereka memperlihatkan simpati kepada perjuangan pembebabasan dari apa yang disebut Dunia Ketiga secara keseluruhan. Perkembangannya dimulai dari sini. Di Prancis, Jerman, Italia --dan proses yang sama sedang berlangsung di Inggris-- tidak akan mungkin memulai aksi yang revolusioner tanpa analisis teori tentang asas dari imperialisme, kolonialisme, dan kekuatan-kekuatan yang mendorong eksploitasi Dunia Ketiga dengan imperialisme, dan di sisi lain, kekuatan yang mendorong perjuangan pembebasan massa yang revolu­sioner menentang imperialisme.Melalui analisis tentang kolonialisme dan imperialisme kekuatan gerakan mahasiswa Eropa yang paling maju dan terorgani­sir kembali kepada titik di mana Marxisme dimulai, yakni analisis tentang masyarakat kapitalis dan sistem kapitalis internasional di mana kita hidup. Jika kita tidak memahami sistem ini, kita tidak akan dapat memahami alasan dilakukannya perang kolonial dan gerakan pembebasan di negeri jajahan. Kita juga tidak akan dapat mengerti kenapa kita harus mengikatkan diri kepada kekuatan-kekuatan ini di tingkat dunia.Di Jerman misalnya, proses ini terjadi dalam waktu kurang dari enam bulan. Gerakan mahasiswa dimulai dengan mempertanyakan struktur universitas yang otoriter, dan terus menuju masalah imperialisme dan keadaan Dunia Ketiga, dan dengan menghubungkan diri dengan gerakan pembebasan maja timbul kebutuhan menganalisis kembali neo-kapitalisme di tingkat dunia dan di negeri di mana mahasiswa-mahasiswa Jerman itu bergerak. Mereka kembali kepada titik awal analisis Marxis tentang masyarakat di mana kita hidup untuk memahami alasan-alasan terdalam dari masalah sosial dan perlawanan.

Kesatuan Teori dan Aksi

Dalam proses keseluruhan kesatuan teori dan aksi yang dina­mis, teori kadang ada di depan aksi dan sewaktu-waktu aksi tampil di depan teori. Bagaimanapun, pada setiap titik keharusan per­juangan mendesak para aktivis untuk memantapkan kesatuan ini pada tingkat yang lebih tinggi.Untuk memahami proses yang dinamis ini kita harus menyadari bahwa mempertentangkan aksi langsung dengan studi yang mendalam itu sepenuhnya keliru. Saya tersentak ketika mengikuti Konferensi Sarjana Sosialis dan pertemuan lainnya yang saya ikuti di Amerika selama dua minggu terakhir, melihat bagaimana pemisahan teori dan praktek terus dipertahankan. Saya seperti sedang mengikuti perde­batan di antara orang-orang tuli, di mana sebagian pengunjung mengatakan, "yang penting aksi! Tidak perlu yang lain, yang penting aksi!" sementara di pihak lain ada yang mengatakan, "Tidak, sebelum bisa aksi, kita harus tahu apa yang dikerjakan. Duduk, belajar, dan tulis buku." (tepuk tangan)

Jawaban yang jelas dari pengalaman sejarah gerakan revolu­sioner, bukan hanya dari periode Marxis tapi bahkan dari periode pra-Marxis, adalah kenyataan bahwa keduanya tidak dapat dipisah­kan (tepuk tangan) Aksi tanpa teori tidak akan efisien atau tidak akan berhasil melakukan perubahan yang mendasar, atau seperti saya katakan sebelumnya, kita tidak dapat membebaskan manusia tanpa sadar. Di pihak lain, teori tanpa aksi tidak akan mendapat watak ilmiah yang sejati karena tidak ada jalan lain untuk mengu­ji teori kecuali melalui aksi.

Setiap bentuk teori yang tidak diuji melalui aksi bukan teori yang sahih, dan dengan sendirinya menjadi teori yang tidak berguna dari sudut pandang pembebasan manusia. (tepuk tangan) Hanya melalui usaha terus menerus memajukan keduanya pada saat bersamaan, tanpa pemisahan kerja, maka kesatuan teori dan aksi dapat dimantapkan, sehingga gerakan revolusioner tersebut, apapun asal usul maupun tujuan sosialnya, dapat mencapai hasilnya. Dalam hubungannya dengan pemisahan kerja, ada satu hal lain yang membuat saya tersentak, dan benar-benar menyentak karena diajukan dalam satu pertemuan orang-orang sosialis. Pemisahan teori dan aksi yang sudah begitu buruk, kini diberi satu dimensi baru dalam gerakan sosialis ketika dikatakan: di satu pihak ada para aktivis, orang-orang awam yang kerja kasar. Di pihak lain adalah elit yang kerjanya berpikir. Jika elit ini terlibat dalam aksi demonstrasi, maka mereka tidak akan punya waktu berpikir atau menulis buku, dan dengan begitu maka ada elemen berharga dalam perjuangan yang akan hilang.

Saya katakan bahwa setiap pernyataan yang menyebut adanya pemisahan kerja manual dan kerja pikiran di dalam gerakan revolu­sioner, yang memisahkan barisan aksi yang kerja kasar dan elit yang kerja pikiran, secara mendasar bukan pernyataan sosialis. Pernyataan itu bertentangan dengan salah satu tujuan utama dari gerakan sosialis, yang ingin mencapai penghapusan pemisahan kerja manual dan intelektual (tepuk tangan) bukan hanya dalam organisa­si tapi, lebih penting lagi, dalam masyarakat secara keseluruhan. Orang-orang sosialis revolusioner pada 50 atau 100 tahun yang lalu belum dapat melihat hal ini dengan jelas, seperti kita sekarang ini, saat sudah ada kemungkinan obyektif untuk mencapai tujuan itu. Kita sudah memasuki satu proses teknologi dan pendi­dikan yang memungkinkan tercapainya hal itu. Salah satu pelajaran berharga yang harus kita ambil dari kemunduran Revolusi Rusia, adalah jika pemisahan antara kerja manual dan kerja intelektual dipertahankan pada masyarakat yang sedang dalam transisi dari kapitalisme menuju sosialisme dalam bentuk lembaga, maka hasilnya pasti meningkatkan birokrasi dan menciptakan ketimpangan baru dan bentuk-bentuk penindasan manusia yang tidak sesuai dengan kemakmuran sosialis. (tepuk tangan)

Jadi kita harus mulai dengan menghapus sebisa mungkin setiap gagasan tentang pemisahan kerja manual dan kerja pikiran dalam gerakan revolusioner. Kita harus bertahan bahwa tidak akan ada teoretisi yang baik jika tidak terlibat dalam aksi, dan tidak akan ada aktivis yang baik jika tidak dapat menerima, memperkuat dan memajukan teori. (tepuk tangan)

Gerakan mahasiswa Eropa telah mencoba mencapai hal ini sampai tingkat tertentu di Jerman, Prancis dan Italia. Di sana muncul pemimpin-pemimpin mahasiswa agitator yang juga dapat, jika diperlukan, membangun barikade dan bertempur mempertahankannya, dan pada saat yang dapat menulis artikel bahkan buku teoretis dan berdiskusi dengan sosiolog terkemuka, ahli politik dan ekonomi dan mengalahkan mereka dalam bidang ilmu mereka sendiri. (tepuk tangan) Hal ini makin memperkuat keyakinan bukan hanya tentang masa depan gerakan mahasiswa tapi juga tentang masa ketika orang-orang ini sudah berhenti menjadi mahasiswa, dan harus berjuang di bidang lain.

Perlunya Organisasi Revolusioner

Sekarang saya ingin berbicara tentang aspek lain dari kesat­uan teori dan aksi yang sudah menjadi perdebatan dalam gerakan mahasiswa Eropa dan Amerika Utara. Saya secara pribadi yakin bahwa tanpa organisasi yang revolusioner, bukan suatu formasi yang longgar tapi sebuah organisasi yang serius dan permanen sifatnya, maka kesatuan teori dan praktek tidak akan bertahan lama. (tepuk tangan)

Ada dua alasan. Yang pertama berhubungan dengan asas dari mahasiswa sendiri. Status kemahasiswaan, hanya berlaku untuk jangka waktu yang singkat, tidak seperti buruh. Ia bisa menetap di universitas selama empat, lima, enam tahun, dan tidak ada yang dapat memperkirakan apa yang terjadi setelah ia meninggalkan universitas. Pada kesempatan ini saya sekaligus ingin menjawab salah satu argumen demagogis yang telah digunakan sejumlah pemim­pin partai-partai komunis di Eropa yang menentang perlawanan mahasiswa. Dengan nada sinis mereka mengatakan: "Siapa mahasiswa-mahasiswa itu? Hari ini mereka berontak, besok mereka akan menja­di bos yang menindas kita. Kita tidak perlu memperhitungkan aksi-aksi mereka dengan serius."

Ini adalah argumen yang tolol karena tidak mempertimbangkan transformasi revolusioner dari peranan lulusan universitas sekar­ang ini. Jika mereka melihat angka-angka statistik, maka mereka akan tahu bahwa hanya sebagian kecil dari lulusan universitas yang bisa menjadi kapitalis atau agen-agen langsung dari para kapitalis ini. Apa yang mereka khawatirkan mungkin saja menjadi kenyataan jika jumlah lulusan itu hanya 10.000, 15.000 atau 20.000 orang dalam satu tahun. Tapi sekarang ada satu juta, empat juta, lima juta mahasiswa, dan tidak mungkin kebanyakan dari mereka akan menjadi kapitalis atau manejer perusahaan karena tidak ada lowongan sebanyak itu untuk mereka.

Argumen demagogis ini ada benarnya. Lingkungan akademis memang memiliki konsekuensi tertentu terhadap tingkat kesadaran sosial dan aktivitas politik seorang mahasiswa. Selama ia tetap di universitas, maka lingkungannya mendukung aktivitas politik. Ketika ia meninggalkan universitas, lingkungan ini tidak ada lagi di sekelilingnya, dan ia makin mudah ditekan oleh ideologi dan kepentingan borjuasi atau borjuasi kecil (petty-bourgeoisie). Ada ancaman bahwa ia akan melibatkan dirinya dalam lingkungan sosial yang baru ini, apapun bentuknya. Ada kemungkinan terjadinya proses mundur ke posisi intelektual reformis atau liberal kiri yang tidak lagi berhubungan dengan aktivitas revolusioner.

Penting untuk mempelajari sejarah SDS Jerman, yang dalam hal ini adalah gerakan mahasiswa revolusioner yang paling tua di Eropa. Setelah dikeluarkan dari kalangan Sosial Demokrat Jerman sembilan tahun yang lalu satu generasi mahasiswa SDS yang militan meninggalkan universitas. Setelah beberapa tahun, dengan tidak adanya organisasi revolusioner, kebanyakan orang-orang militan ini, terlepas dari keinginan mereka untuk tetap teguh dan menjadi aktivis sosialis, tidak aktif lagi dalam politik dari sudut pandang revolusioner. Jadi, untuk memelihara kelanjutan aktivitas revolusioner ini, kita harus punya organisasi yang lebih luas jangkauannya dari organisasi mahasiswa biasa, sebuah organisasi di mana mahasiswa dan bukan mahasiswa dapat bekerja sama.Dan ada alasan yang lebih penting lagi, di balik kepentingan kita memiliki satu organisasi partai. Karena tanpa organisasi semacam itu, tidak akan dapat dicapai kesatuan aksi dengan kelas buruh industri, dalam pengertian yang paling umum sekalipun. Sebagai Marxis, saya tetap yakin bahwa tanpa aksi kelas buruh tidak akan mungkin masyarakat borjuis ini ditumbangkan dan itu berarti tidak mungkin juga dibangun masyarakat sosialis. (tepuk tangan)

Di sini sekali lagi kita lihat bagaimana pengalaman gerakan mahasiswa, pertama di Jerman, lalu Prancis dan Italia, sudah berhasil mencapai kesimpulan teoretis tersebut dalam praktek. Diskusi yang sama tentang relevan atau tidaknya kelas buruh industri bagi aksi revolusioner dilakukan setahun atau bahkan enam bulan yang lalu di negara-negara seperti Jerman dan Italia.Masalah ini ditempatkan dalam praktek bukan hanya oleh peristiwa revolusioner selama Mei-Juni 1968 di Prancis, tapi juga oleh aksi bersama mahasiswa di Turin dengan buruh Fiat di Italia. Ini juga diperjelas dengan usaha-usaha sadar dari SDS Jerman untuk melibatkan bagian dari kelas buruh di dalam agitasi mereka di luar universitas menentang perusahaan penerbit Springer dan kampanyenya dalam mencegah diberlakukannya undang-undang darurat yang akan mencegah kebebasan sipil.

Pengalaman seperti ini mengajarkan gerakan mahasiswa di Eropa Barat bahwa mereka harus menemukan jembatan dengan kelas buruh industri. Masalah ini memiliki sejumlah aspek yang berbeda dengan tingkatan yang berbeda pula. Ada masalah programatik yang tidak dapat saya jabarkan sekarang. Hal yang diungkapkan di sini adalah bagaimana mahasiswa dapat mendekati buruh, bukan sebagai guru, karena buruh tentunya menolak hubungan seperti itu, tapi dengan cara masuk ke dalam lapangan kepentingan yang sama. Terutama diuraikan masalah organisasi partai. Selain penga­laman kalah beberapa kali untuk membangun kolaborasi di tingkat rendahan dalam aksi-aksi langsung antara sejumlah kecil mahasiswa dan sejumlah kecil buruh, setelah tiga sampai delapan bulan, persekutuan itu akan hilang. Bahkan jika kalian memulai lagi dari awal, dan saat keseimbangan sudah tercapai, maka sedikit saja yang tersisa.

Kegunaan organisasi revolusioner yang permanen adalah untuk menyediakan integrasi timbal balik antara mahasiswa dan perjuan­gan kelas buruh oleh para pelopornya secara terus menerus. Ini bukan sekadar kesinambungan yang sederhana dalam batas waktu tertentu, tapi sebuah kelanjutan ruang antara kelompok-kelompok sosial yang berbeda yang memiliki tujuan sosialis revolusioner yang sama.Kita harus kritis melihat apakah integrasi seperti ini memang mungkin secara obyektif. Melihat pengalaman di Prancis, Italia, dan sejumlah negara Eropa Barat lainnya, maka dengan mudah kita bisa bilang ya. Dan garis inipun dapat dipertahankan di Amerika Serikat. Dengan alasan-alasan historis yang juga tidak dapat saya uraikan sekarang, sebuah situasi khusus muncul di Amerika Serikat di mana mayoritas kelas buruh, yakni kelas buruh kulit putih, belum menerima gagasan sosialis tentang aksi revolu­sioner. Ini fakta yang tidak dapat ditandingi.

Tentu saja hal ini dengan cepat dapat berubah. Sejumlah orang berpendapat seperti itu di Prancis, hanya beberapa minggu sebelum tanggal 10 Mei 1968. Namun, bahkan di Amerika Serikat, ada minoritas dalam kelas buruh industri yang penting, yaitu buruh kulit hitam. Tak seorangpun bisa mengatakan bahwa setelah dua tahun terakhir mereka tidak dapat menerima gagasan sosialis atau tidak mampu menjalankan aksi revolusioner. Di sini paling tidak ada kemungkinan langsung terjadinya kesatuan antara teori dan praktek di sebagian kalangan kelas buruh.

Sebagai tambahan, kiranya penting untuk menganalisa kecen­derungan sosial dan ekonomi yang dalam jangka panjang akan meng­guncang ketidakpedulian politik yang platen dan konservatisme kelas buruh kulit putih. Pelajaran dari Jerman dengan lingkungan yang sangat mirip membuktikan bahwa hal itu mungkin terjadi. Beberapa tahun lalu di kalangan kelas buruh di Jerman mengendap stabilitas, konservatisme, dan integrasi masyarakat kapitalis yang tidak terguncang, sama seperti Amerika Serikat di mata banyak orang sekarang ini. Hal ini sudah mulai berubah. Kasus ini memperlihatkan bahwa pergeseran kecil di dalam perimbangan kekua­tan, yaitu penurunan tingkat ekonomi, dan serangan dari pengusaha terhadap struktur serikat buruh tradisional dan hak-hak dapat menciptakan ketegangan sosial yang mampu mengubah banyak hal.

Tugas saya di sini tidak lebih dari memberi informasi kepada kalian tentang masalah-masalah perjuangan kelas kalian sementara tugas kalian adalah menyadari bahwa kalian harus bergabung dengan buruh. Saya hanya akan menunjukkan satu di antara sekian banyak saluran tempat kesadaran sosialis dan aktivitas revolusioner dapat menghubungkan mahasiswa dan buruh, seperti ditunjukkan bukan hanya oleh Eropa Barat tapi juga oleh Jepang. Rangkaian penghubung ini adalah pemuda dari kalangan kelas buruh. Sebagai konsekuensi dari perubahan teknologi selama beberapa tahun terak­hir yang mempengaruhi struktur kelas buruh, sistem pendidikan borjuis tidak dapat mempersiapkan buruh-buruh muda, atau sebagian dari buruh muda ini, untuk memainkan peran baru dalam teknologi yang telah berubah bahkan dari sudut pandang para kapitalis sendiri. Amerika Serikat adalah contoh yang jelas tentang kehan­curan total dari pendidikan bagi buruh muda berkulit hitam yang tingkat penganggurannya sama tinggi seperti tingkat rata-rata pengangguran seluruh kelas buruh di masa depresi. Kenyataan ini memperlihatkan apa yang tengah terjadi di kalangan pemuda kulit hitam negeri itu. Ini hanyalah ekspresi dari kecenderungan umum yang mendikte kepekaan ekstrem terhadap segala sesuatu yang terjadi di kalangan muda. Kebusukan dan kemacetan sistem sosial sekarang ini jelas menunjukkan ketidakberpihakan para penguasanya kepada kaum muda. Para penguasa Prancis selama peristiwa Mei tidak membeda-bedakan antara mahasiswa, pegawai dan buruh muda. Mereka memperlakukan semuanya sebagai musuh.Contoh kongkret dari ini adalah insiden di Flins ketika terjadi demonstrasi besar. Setelah seorang anak sekolah dibunuh oleh polisi muncul kegelisahan besar. Polisi bergerak masuk dan mulai memerika para demonstran, memerika kartu identitas orang-orang yang lewat. Setiap orang yang berusia di bawah 30 tahun ditangkap karena dianggap potensial sebagai pemberontak, sebagai orang yang akan bergerak menghantam polisi. (tepuk tangan)

Jika kalian secara seksama membaca buku-buku sekarang, industri film dan bentuk-bentuk refleksi kenyataan sosial yang lain di dalam suprastruktur budaya selama lima atau sepuluh tahun terakhir, kalian akan lihat bahwa di samping semua pembicaraan yang palsu tentang kenakalan remaja, kaum borjuis telah menggam­barkan jenis pemuda yang dihasilkan sistemnya dan juga semangat memberontak dari kaum muda. Ini tidak terbatas bagi mahasiswa atau kelompok minoritas seperti orang kulit hitam di Amerika Serikat. Ini juga berlaku bagi buruh-buruh muda.Kiranya perlu dipelajari apa yang ada lingkungan buruh-buruh muda karena perjuangan memenangkan mereka kepada kesadaran sosia­lis, kepada gagasan-gagasan revolusi sosialis kelihatannya pent­ing bagi negeri-negeri Barat selama sepuluh sampai limabelas tahun mendatang. Jika kita berhasil mengangkat kaum muda yang terbaik menjadi sosialis revolusioner --saya pikir ini sudah mulai dilakukan di negeri-negeri Eropa Barat-- kita bisa yakin tentang kemajuan gerakan kita. Jika kemungkinan ini lepas dan kebanyakan orang muda berpihak ke kalangan ekstrem kanan, maka kita akan kalah dalam perjuangan yang menentukan dan akan masuk ke dalam liang kubur bersama sosialis Eropa dan gerakan revolusioner di tahun 1930-an.

Persatuan teori dan praktek juga berarti bahwa serangkaian gagasan kunci dari gerakan sosialis dan tradisi revolusioner telah ditemukan kembali sekarang. Aku tahu bahwa sebagian orang dalam gerakan mahasiswa di Amerika Serikat ingin menciptakan sesuatu yang sama sekali baru. Aku sepenuh hati setuju dengan setiap usulan yang menginginkan sesuatu yang lebih baik, karena apa yang telah dicapai oleh generasi-generasi sebelumnya juga kurang meyakinkan dari sudut pandang pembangunan masyarakat sosialis. Tapi penting juga aku utarakan peringatan. Jika kalian menyangka sedang menciptakan sesuatu yang baru, yang sebenarnya sedang dilakukan adalah mundur ke masa lalu yang jauh lebih terbelakang dari masa lalu Marxisme.

Semua gagasan baru yang dimajukan dalam gerakan mahasiswa di Eropa selama tiga atau empat tahun terakhir, dan menjadi populer di kalangan mahasiswa Amerika Serikat, sebenarnya sudah sangat tua umurnya. Alasannya sangat sederhana. Kecenderungan logis dari evolusi sosial dan kecenderungan kritik sosialis dikembangkan dalam jalur para pemikir besar abad 18 dan 19. Terlepas dari kalian suka atau tidak, hal itu memang benar, dan berlaku bagi ilmu sosial sekaligus ilmu alam yang rangkaian hukumnya dicipta­kan di masa lalu. Jika kalian ingin mengembangkan kecenderungan baru, kalian harus maju dari landasan yang merupakan hasil ter­baik dari generasi-generasi sebelumnya. Keinginan untuk senantiasa menciptakan sesuatu yang baru hanyalah satu aspek awal dari radikalisme mahasiswa. Ketika gerakan sudah berkembang menjadi besar dan bisa memobilisasi massa yang besar maka yang akan terjadi adalah sebaliknya seperti ditunjukkan para sosiologis Prancis ketika melihat kejadian bulan Mei 1968. Saat itu massa mahasiswa revolusioner yang luas ber­juang menemukan kembali tradisi sejarah dan akar-akar historis mereka. Mereka seharusnya sadar bahwa mereka akan lebih kuat jika mengatakan: perjuangan kami adalah perpanjangan dari perjuangan untuk kebebasan yang dimulai 150 tahun lalu, atau bahkan 2.000 tahun lalu ketika budak-budak pertama memberontak terhadap tuannya. Ini akan jauh lebih meyakinkan daripada mengatakan: kami melakukan sesuatu yang sama sekali baru yang terputus dari sejar­ah dan terisolasi dari keseluruhan masa lalu seakan masa lalu tidak pernah mengajarkan apa-apa kepada kita dan tidak ada yang dapat kita pelajari dari itu. (tepuk tangan)

Masalah ini akhirnya akan membawa aktivis mahasiswa kembali pada beberapa konsep historis dasar dari sosialisme dan Marxisme. Kita telah melihat bagaimana gerakan mahasiswa di Prancis, Jer­man, Italia dan sekarang Inggris kembali kepada gagasan-gagasan revolusi sosialis dan demokrasi buruh. Bagi seseorang seperti saya, sangat menggembirakan melihat bagaimana gerakan revolusion­er Prancis mempertahankan hak kebebasan berbicara, dan menghu­bungkannya dengan tradisi terbaik dari sosialisme. Pertemuan kalian sekarang ini juga memperbarui kembali tradisi internasion­alisme dari sosialisme lama dan Marxisme ketika kalian bilang bahwa perlawanan mahasiswa bersifat mendunia dan bahwa gerakan mahasiswa itu bersifat internasional. Ini adalah internasionalisme yang sama, dengan akar-akar dan tujuan yang sama seperti internasionalisme dari sosialisme, sama seperti internasionalisme dari kelas buruh. Masalah-masalah internasional yang dihadapi adalah masalah solidaritas dengan kawan-kawan kita di Meksiko, Argentina dan Brasil yang memimpin perjuangan besar, yang mengangkat revolusi Amerika Latin ke tingkat lebih tinggi setelah menderita kekalahan karena kepemim­pinan yang buruh, reaksi internal dan represi imperialis selama tahun-tahun belakangan ini. Kita harus menyanjung kekuatan maha­siswa-mahasiswa Mexico. (tepuk tangan) Dalam beberapa hari mereka telah mengubah situasi politik secara mendasar di negeri itu dan membuang topeng demokrasi palsu yang dipasang pemerintah Mexico untuk menerima jutaan dolar dari penonton-penonton Olimpiade. Sekarang setiap orang yang menonton Olimpiade akan tahu bahwa ia telah mengunjungi negeri di mana para pemimpin serikat buruh kereta apinya ditahan bertahun-tahun setelah masa tahanan mereka berakhir; negeri di mana banyak pemimpin politik kalangan kiri dipenjara bertahun-tahun tanpa pengadilan, di mana pemimpin mahasiswa dan ribuan milisi mahasiswa ditahan di penjara tanpa landasan hukum. Protes mereka yang heroik memiliki konsekuensi bagi masa depan politik Meksiko dan perjuangan kelas di negeri itu. (tepuk tangan)

Penting juga kiranya mengutarakan beberapa patah kata ten­tang mahasiswa tahanan di negeri-negeri semi kolonial lainnya, yang tidak pernah dibicarakan orang, seperti pemimpin mahasiswa Kongo yang telah ditahan selama hampir satu tahun karena mengor­ganisir sebuah demonstrasi kecil menentang perang Vietnam ketika wakil presiden Humphrey bertandang ke sana. Kita tidak boleh lupa bahwa pemimpin-pemimpin mahasiswa Tunisia yang ditahan selama dua belas tahun dengan alasan yang sama, memimpin sebuah demonstrasi. Duabelas tahun di penjara! Kita harus menyadarkan masyarakat agar kejahatan penindas seperti ini tidak akan terlupakan.

Akhirnya, kita tidak boleh lupa perjuangan melawan intervensi Amerika Serikat di Vietnam, yang tetap menjadi perjuangan utama di dunia sekarang ini. Dengan dimulainya negosiasi itu di Paris, tidak berarti bahwa tidak ada yang dapat kita lakukan untuk membantu perjuangan kawan-kawan kita di Vietnam. Untuk itu, saya mengajak kalian ikut dalam aksi dunia yang dimulai oleh gerakan mahasiswa Jepang, Zengakuren, Federasi Mahasiswa Revolu­sioner Inggris bersama dengan Kampanye Solidaritas Vietnam, dan Komite Mobilisasi Mahasiswa di sini. Ini adalah Minggu Solidaritas untuk revolusi Vietnam, dari tanggal 21 sampai 27 Oktober. Minggu ini ratusan ribu mahasiswa, buruh muda dan revolusioner muda akan turun ke jalan bersamaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diajukan kawan-kawan Vietnam! Perlihatkan pada dunia bahwa di Amerika Serikat ada ratusan ribu orang yang menginginkan penarikan kembali pasukan Amerika dari Vietnam. Itu pasti akan berhasil. (terputus oleh tepuk tangan)

* * *





read more...

Kabar Gerakan Pemuda Progresif Australia

Pemuda bekerja dan membangun laporan Resistance(Oktober 2009 sidang pleno Komite Nasional DSP)

Resistance menghadapi tugas besar mencoba untuk menyatukan orang-orang muda radikal dalam gerakan sosialis revolusioner di Australia. Ini berarti bahwa kita perlu tumbuh sedemikian rupa sehingga kita semakin dekat dengan tujuan ini; yang mampu menilai situasi politik, kampanye mengakui pembukaan dan organisasi yang memiliki tugas dan perspektif untuk mendapatkan kita di sana.

Garis umum laporan ini, disajikan oleh Jay Fletcher atas nama DSP Eksekutif Nasional, diadopsi oleh Komite Nasional DSP pada 4 Oktober 2009.

Hal ini tidak hanya dalam hal merger yang diusulkan dari DSP (Democratic socialist Perspective) ke SA (Socialist Alliance), yang laporan ini akan membahas secara rinci, tetapi pengakuan bahwa kami memperkuat Resistance melalui kejelasan politik, kemampuan kita untuk menghasilkan analisis yang tepat dan penilaian berlangsung peristiwa dan berhubungan dengan benar untuk kampanye.


Gerakan iklim prioritas

Ketika ilmu pengetahuan, politik dan sentimen sosial semuanya menunjuk untuk bertindak pada perubahan iklim, Resistance telah membuat penilaian bahwa gerakan iklim persis di mana kita perlu. Mayoritas warga Australia ingin aksi perubahan iklim, dan proporsi orang-orang yang percaya pada drastis untuk memotong emisi gas rumah kaca kami jauh lebih tinggi di antara orang-orang muda. Ini adalah gerakan internasional yang berkembang yang harus terus mengembangkan kesinambungan dan daya tahan yang diperlukan untuk mencapai iklim yang aman. Ini adalah gerakan jangka panjang karena merupakan protes terhadap kemungkinan masa depan dunia, dan berjuang untuk menggantikannya dengan yang lebih baik.

Kami telah melakukan kampanye dan membela keputusan dari pertemuan puncak iklim (Resistance melihat sebagai suatu langkah penting menuju iklim dicocokkan gerakan nasional) dan kami akan terus melakukan hal ini sampai puncak berikutnya.

Resistance September memutuskan bahwa Dewan Nasional Resistance memprioritaskan terlibat dalam mengorganisir, membangun dan menghadiri KTT Iklim Nasional 2010. Seperti pada tahun 2009, pertemuan berikutnya akan (mudah-mudahan) menentukan banyak dari kegiatan kami.

Prioritas besar kami telah membangun dan berpartisipasi dalam Iklim Camps - dan kawan-kawan harus menyumbangkan pikiran mereka di kamp-kamp yang telah terjadi.

Iklim NSW Camp adalah akhir pekan depan. Kami bertujuan untuk memiliki 50 orang atau lebih dalam "Perlawanan Barrio", dan perencanaan yang besar, kontingen bersemangat untuk berbaris dan unjuk rasa. Prioritas besar setelah kamp akan membangun kemungkinan terbesar Walk Melawan Warmings bertepatan dengan iklim Kopenhagen pembicaraan.

Kami sudah bekerja di lingkungan universitas kolektif dan, walaupun gerakan mahasiswa yang lemah, orang-orang muda di sekitar radicalising perubahan iklim di kampus.

Resistance dan Aliansi Sosialis memiliki beberapa aktivis berpengetahuan dan kami juga memiliki Green Left Weekly - yang memiliki cakupan di antara yang terbaik dan analisis perubahan iklim dan solusi.

Sebagai hasil dari pekerjaan yang telah kita lakukan tahun ini cabang telah dijalankan atau akan mencalonkan diri untuk posisi perwira lingkungan kampus. Zane terpilih pesaingnya di Newcastle uni. Duncan M berlari di Hobart uni, Dom H pada UQ dan Patrick H, salah satu pemimpin kunci lingkungan tumbuh kolektif di University of Wollongong.

Sementara di universitas Newcastle, pemilihan itu tidak terbantahkan, dalam Wollongong dan Brisbane kami berlari melawan bermusuhan Liberal. Perlawanan anggota berlari untuk posisi-posisi ini karena siswa aktif dalam kampanye lingkungan mendesak kita untuk dan mendukung kami.

Lingkungan kampus kolektif-kolektif

Cabang-cabang yang berorientasi pada lingkungan kampus dan bekerja adalah mereka yang tumbuh, dalam Geelong, Hobart dan Wollongong pada khususnya.

Kami telah membangun kredibilitas dan otoritas dan memiliki lebih banyak orang di sekitar kita yang meyakini politik dan pendekatan kita. Cabang yang Wollongong pengalaman menunjukkan bahwa ketika Resistance mengarahkan serius terhadap lingkungan kolektif, baik kolektif dan Resistance tumbuh - setelah sukses lingkungan kampus minggu, 24 orang datang ke kolektif dan tetap solid di 20 + orang per minggu - pada kondisi saat perwira uni Wollongong adalah anggota Resistance dan cabang penyelenggara Patrick H adalah lingkungan terpilih oleh kolektif untuk menjalankan dalam pemilu.

Dalam Geelong, seorang anggota Resistance perwira lingkungan Deakin uni, dan keduanya Resistance dan kolektif termasuk yang terkuat di negeri ini. Geelong cabang memiliki kehadiran di Hazelwood mengesankan dan tujuh anggota Resistance berpartisipasi dalam kampanye lingkungan setiap minggu. Salah satu dari dua cabang penyelenggara akan dijalankan untuk petugas lingkungan untuk 2010.

Keuntungan yang dibuat oleh Wollongong dan Geelong Hobart memimpin cabang untuk me-restart lingkungan Tasmania kolektif di uni dan tiga pemimpin Resistance sekarang pergi ke lingkungan kolektif setiap minggu. Telah tumbuh dan rekan-rekan optimis bahwa hal itu akan terus tumbuh. Ulang keterlibatan dengan lingkungan kerja membantu membangun Graham Brown pertemuan yang cukup besar dan satu lagi dengan Christine Milne. Juga di Hobart, sejumlah mahasiswa kedokteran, yang telah menaruh perhatian pada perubahan iklim dan penelitian kesehatan dan tertarik di Kuba (12 datang ke makan malam pengumpulan dana GLW) telah mendorong klub dan kegiatan kami.

Brisbane Resistance juga dijalankan untuk perwira lingkungan UQ, dengan kawan Dom H mengambil bagian dalam kiri luas tiket dan fokus pada pembangunan kembali kolektif di kampus. Kampanye adalah untuk membangun sebuah kolektif aktivis dan mendorong untuk solar-powered uni. Kehadiran sosialis pada luas-kiri tiket menjadi sasaran oleh sayap kanan. Tapi ini memberi Perlawanan kesempatan untuk berbicara tentang sosialisme saat bekerja dengan Hijau dan Tenaga Kerja-Waktu dan Sosialis Alternatif.

Dalam Newcastle, Zane A memiliki lingkungan baru saja terpilih petugas. Resistance akan memiliki lebih banyak anggota saat ini di kampus tahun depan dan Resistance kegiatan berbasis mencari akan diprioritaskan saat bekerja dengan "akar rumput-kiri", umumnya ramah serikat. Resistance juga terus untuk memulai dan melaksanakan proyek-proyek berjangkauan luas seperti iklim Transisi Hanya bus tur pada bulan November.

Cabang lainnya yang memprioritaskan perubahan iklim dengan cara yang berbeda, dan juga berjalan pada beberapa kampanye yang Perlawanan telah diidentifikasi sebagai prioritas.

Melbourne cabang meletakkan banyak energi ke dalam gedung dan promosi dari Hazelwood protes. Resistance kontingen ini direncanakan dengan baik dan, sebagai akibatnya, lebih Perlawanan anggota dan orang-orang muda telah terinspirasi untuk mendapatkan aktif.

Cabang juga berencana aksi di sekitar ulang tahun invasi Afghanistan.

Adelaide juga memasukkan energi ke dalam kamp iklim negara di Port Augusta. Mereka kini fokus pada hak-hak pekerja dengan Suku Tabut kampanye dan solidaritas Palestina, yang membawa orang-orang baru di sekitar.

Brisbane adalah berpartisipasi dalam pro-pilihan kampanye yang sangat besar di sana sekarang.

Dalam Wollongong, merebut kembali malam telah dirintis oleh anggota Resistance Wollongong, yang bekerja sebagian besar dengan orang-orang dari kolektif di UoW aneh.

Sama Cinta dan kampanye untuk sama-hak perkawinan seks Cranking jauh di Canberra, dengan banyak anak muda di sekitar dan ini, bersama dengan solidaritas venezuela kerja dan lingkungan kerja, telah membawa orang-orang muda baru sekitar Sosialis Aliansi di Canberra.

Perempuan dan hak-hak sesama jenis kampanye

Hak-hak perempuan kami bekerja tetap penting. Kampanye di sekitar hukum aborsi dan juga Equal kampanye Cinta memberikan kita kesempatan untuk bekerja dengan lebih banyak perempuan muda, yang sangat penting. Saat ini, kita tidak memiliki cabang Perlawanan wanita penyelenggara (dan ini sedang khawatir atas oleh sebagian besar cabang), walaupun tiga kawan mengambil tugas-tugas nasional terbesar adalah perempuan.

Di Brisbane, lapisan wanita yang akan melangkah keluar dari aktivitas telah melangkah kembali, khususnya melalui keterlibatan kami dalam kampanye hak aborsi di sana.

Bila memungkinkan, kita memproyeksikan untuk meningkatkan pekerjaan kami dalam ledakan sejenis kampanye hak-hak perkawinan - yang menarik terutama aktivis baru berikut yang tak terduga dan mengesankan mobilisations pada 1 Agustus. Kampanye telah memenangkan dukungan dari lebih dari gerakan aneh: lebih dari 60% penduduk Australia mendukung perkawinan sejenis dan perubahan ke Federal Undang-Undang Perkawinan.

Salah satu kekuatan gerakan adalah mencapai internasional: permintaan terhadap perkawinan sejenis adalah dalam agenda di hampir semua negara-negara Dunia Pertama.

Besar berikutnya fokus untuk sesama jenis gerakan hak untuk menyelenggarakan rapat umum pada akhir November untuk ketika penyelidikan Senat laporan kepada publik pada 26 November. Para November 28 NDA dan Queer Kolaborasi dalam Wollongong adalah semua kekhawatiran untuk Perlawanan selama periode berikutnya.
Solidaritas internasional

Solidaritas internasional terus menjadi bagian penting dari perspektif Resistance. Pada tanggal 30 Agustus AVSN konsultasi di Melbourne, bergabung dengan pemuda Resistance bekerja lokakarya dan mengusulkan sebuah resolusi untuk mendukung Undang-Undang Pendidikan Organik Venezuela di kampus-kampus di seluruh Australia.

Resolusi juga mengusulkan mengorganisir AVSN forum kampus dengan dukungan dari kelompok-kelompok seperti Resistance, Kuba-Venezuela Solidaritas Clubs, akademisi, dan mahasiswa klub. Ini juga mengusulkan mendekati NTEU, Æú dan siswa lulus gerakan serikat pekerja untuk mendukung undang-undang baru, dan menyarankan menerbitkan artikel-artikel dalam publikasi mahasiswa dan staf. Mana sumber daya yang ada, Perlawanan dapat memainkan peran yang efektif dalam melaksanakan keputusan ini.

Kita umumnya baik dalam menanggapi peristiwa-peristiwa penting, seperti serangan terhadap Gaza (Desember-Januari) dan genosida dari bangsa Tamil. Tahun ini kami telah bergerak pada aksi protes dan solidaritas serta menempatkan keluar Perlawanan pernyataan, menulis artikel untuk GLW dan membuat link dan jaringan dengan masyarakat dikepung

Perlawanan telah dimulai beberapa unjuk rasa anti-perang di sekitar ulang tahun invasi Afghanistan di kampus-kampus, tetapi dalam banyak kasus membantu untuk membangun "Pasukan dari Afganistan" hari nasional aksi bersama dengan SA. Dewan Nasional Perlawanan juga membahas apa yang bisa kami lakukan untuk memperkuat solidaritas dengan Honduras.

Pada tahap ini memprioritaskan Resistensi adalah membangun gerakan iklim. It's worth menyebutkan bahwa kita berhubungan baik dengan Mahasiswa Agribisnis (SOS) dan konferensi PowerShift pertengahan tahun, membantu membangun mereka, berpartisipasi dan mengatur lokakarya, kehadiran di mana itu baik.


DSP-SA Penggabungan

Resistance percaya bahwa proposal DSP untuk bergabung dalam Aliansi Sosialis akan meningkatkan Resistance: itu mengulurkan kemungkinan bahwa kita dapat mempercepat pembangunan kembali kami.

Pada Komite Nasional bulan Juni, kita membahas DSP merger dengan yang lebih besar dan lebih berpengaruh Aliansi Sosialis, dan menentukan bahwa hal itu akan:

*

Memperkuat kapasitas kita untuk memenangkan kaum muda untuk Perlawanan dan sosialisme;
*

Meringankan tidak perlu menguras sumber daya dalam kecenderungan kita, membebaskan kader untuk membantu dalam membangun kembali dan
*

Membantu mengakhiri kebingungan tentang kecenderungan kita.

Pertanyaannya adalah bagaimana kita datang melalui ini sekuat mungkin kita dapat? Bagaimana kita memastikan bahwa tak ternilai DSP memainkan peran dalam membantu Perlawanan tidak hilang dalam proses merger? Kedua, apa saja cara-cara untuk memperkuat Resistance, Aliansi Sosialis dan gerakan sosialis? Kami juga ingin meyakinkan anggota Perlawanan untuk melihat Aliansi Sosialis sebagai organisasi kami, dan membangunnya.

Pada gilirannya, kita ingin anggota Aliansi Sosialis untuk melihat Resistance sebagai bagian penting dari Aliansi Sosialis dan membangunnya di kalangan kaum muda.


Peran DSP

DSP memainkan peran yang tak ternilai harganya dalam berkolaborasi dengan Resistance, dan Resistance memainkan peran penting dalam meyakinkan orang-orang muda menjadi sosialis revolusioner, sehingga memperbaharui dan memperkuat DSP, dan gerakan sosialis.

Resistance kesehatan adalah penting bagi kesehatan DSP dan Aliansi Sosialis, dan juga memperbaharui dan berkembang kepemimpinan beberapa gerakan. Hal ini tercermin dalam kenyataan bahwa penyelenggara dan cabang kami Eksekutif Nasional adalah semua anggota DSP. Tidak ada pemimpin Perlawanan benar-benar melangkah maju atau mempertahankan keanggotaan tanpa bergabung dengan DSP.

Merger akan berarti bahwa hubungan ini tidak berlanjut dalam bentuk yang sekarang. Pada bulan Juni, Resistance membuat penilaian bahwa tiga hal yang sangat berharga bagi organisasi kami:

*

Diskusi tentang pemuda bekerja pada tubuh DSP;

*

DSP kolaborasi dengan anggota Perlawanan dan
*

Diskusi mengenai prioritas dan inisiatif dan bagaimana kita menggunakan sumber daya gabungan.

Tugas kita adalah untuk memastikan bahwa ketiga aspek penting dari pekerjaan kita tidak hilang dalam transisi dan merger.


Membuat transisi

Untuk beberapa waktu sekarang kita telah mendefinisikan diri kita sebagai sebuah organisasi yang bekerja dalam solidaritas politik dengan DSP dan Aliansi Sosialis.

Namun, situasi ini lebih rumit. Pada tingkat nasional dan di sebagian besar cabang-cabang, kita terus berdiskusi tentang situasi politik, kampanye, prioritas dan organisasi di sekitar bangunan keanggotaan - dan sebagian besar pekerjaan pemuda serius diskusi - di tubuh DSP.

Historis, logis dan ideal Hasilnya dari hal ini adalah bahwa hal itu adalah DSP - dengan pengetahuan, pendidikan dan pengalaman - yang membahas, kereta dan mendukung anggota kami dalam perspektif politik dan tugas-tugas organisasi.

Tidak ada alasan diskusi ini tidak dapat terjadi pada tubuh Aliansi Sosialis. Tapi alasan mereka tidak, setidaknya sebagian, telah menjadi duplikasi struktur lokal dan nasional, dan bahwa kebutuhan sedang dipenuhi oleh DSP.

DSP saat ini membawa hampir semua diskusi dan kegiatan Anda di lingkungan kerja dan Aborigin dan Torres Strait Islander hak bekerja melalui Aliansi Sosialis.

Tentu saja, DSP memiliki pendekatan sadar pemuda kita bekerja, dan pentingnya ini tidak boleh dianggap remeh. Perlawanan diskusi yang melibatkan kawan atau fokus pada pemuda bekerja membantu untuk memprioritaskan dan mengorientasikan organisasi kami. Selanjutnya, keanggotaan DSP, yang memahami pentingnya kerja pemuda, membentuk suatu bagian penting dari Aliansi Sosialis keanggotaan. Meskipun hal ini tidak menjamin pendekatan yang sadar - hanya bertindak untuk nilai pekerjaan pemuda kita akan - akan membantu proses.

Langkah-langkah konkret yang telah diambil sejak DSP Juni NC yang memilih untuk mengejar merger adalah:

*
Anggota Resistance telah menjadi bagian dari Aliansi Sosialis Eksekutif Nasional dan Aliansi Sosialis nasional kelompok kerja dan komite pada Aborigin dan Torres Strait Islander hak, lingkungan kerja dan konferensi nasional. Ini telah memungkinkan diskusi mengenai prioritas dan inisiatif dan bagaimana kita menggunakan sumber daya yang dikombinasikan untuk membawa mereka keluar. Hal ini telah paling dikenal di lingkungan kita bekerja, kampanye prioritas dalam kedua organisasi, dari KTT Iklim pada awal tahun, untuk demonstrasi melawan CPRS, keterlibatan kami di SOS, dan iklim Powershift perkemahan dan peran yang telah kita bermain debat nasional.
*
Resistance telah mengambil pekerjaan pemuda Aliansi Sosialis diskusi untuk badan-badan di tingkat cabang di Brisbane, Wollongong, Hobart, Western Sydney dan Geelong. Pada pertemuan bersama DSP NE dan Aliansi Sosialis NE, Perlawanan mengambil bagian dalam sebuah diskusi tentang merger dengan fokus pada pengembangan kader dalam Aliansi Sosialis.
*

Perlawanan juga berkontribusi Sosialis Nasional Anggota Aliansi Newsletter tetapi ini dapat ditingkatkan baik di tingkat nasional cabang dan dengan lebih banyak kontribusi. Yang mengatakan, ada kebutuhan untuk Kampanye Perlawanan setiap dua minggu dan kami tidak ingin salah satu dari konten strip. Kampanye Perlawanan konten dalam Aliansi Sosialis Newsletter Nasional akan memberikan update cabang dan nasional baik Resistance dan Aliansi Sosialis.

Tetapi kita masih perlu untuk:

*

Buatlah diskusi tentang pemuda bekerja di Aliansi Sosialis NE dan di semua cabang teratur dan menyeluruh. Hal ini penting dalam hal politik dan organisasi memperoleh kejelasan melalui umpan Aliansi Sosialis formal serta membantu mengembangkan mentoring dan hubungan kerja sama dengan Aliansi Sosialis.
*

Memperdalam diskusi mengenai pembangunan kader, termasuk mengidentifikasi apa yang penting untuk mengembangkan pemimpin-pemimpin baru dan meyakinkan orang-orang muda menjadi komitmen revolusioner, serta mengambil langkah-langkah konkret untuk menjamin hal-hal ini terjadi.
*

Sosialis mengundang para pemimpin Aliansi untuk Resistance rapat cabang untuk berbicara tentang Aliansi Sosialis. Hal ini berguna baik untuk membuat proses merger jelas anggota Perlawanan dan juga menunjukkan Perlawanan's set up dan praktik organisasi.
*

Resistance NC membuat laporan yang tersedia untuk Aliansi Sosialis NE (atau menawarkan mereka untuk Para Aktivis sementara juga pencetakan mereka di Bulletin) dan mengundang convenors nasional NCS kami. Hal ini mencerminkan tujuan kami untuk menjadi bagian dari Aliansi Sosialis diskusi. Tapi itu berlaku dua cara. Ini akan menjadi kontra-produktif untuk mengisolasi Perlawanan diskusi dan hal itu sama pentingnya bagi Aliansi Sosialis untuk mengetahui apa Perlawanan berbicara tentang sebagai sebaliknya.

Resistance akan tetap menjadi organisasi pemuda sosialis independen. Kita harus terus berusaha untuk membuat bahwa sebuah realitas organisasi: memang, DSP, Perlawanan dan banyak dari Aliansi Sosialis memahami bahwa pengambilan keputusan rapat cabang, pemimpin terpilih serta Perlawanan peristiwa, kegiatan dan kampanye adalah cara terbaik untuk mendapatkan organisasi politik dan pengalaman, dan pendidikan dan dengan demikian mengembangkan aktivis dan percaya diri baru pemimpin.

Seorang pemuda aktif organisasi dapat membangun Resistance terhadap sebuah sistem yang mempengaruhi orang-orang muda dengan cara tertentu, dan dapat mengatur bersama mereka di mana mereka yang paling terpengaruh adalah cara terbaik untuk memenangkan anak muda untuk radicalising gerakan untuk perubahan sosialis.

Resistance secara eksplisit revolusioner dan tidak ada alasan ini harus berubah karena kita bekerja lebih banyak dengan Aliansi Sosialis.

Namun poin penting tetap dalam bagaimana partai sosialis berhubungan dengan organisasi kaum muda. Kami akan baik di cabang dimana Resistance dan DSP secara historis bekerja erat, dan di mana sekarang ini terjadi dalam Aliansi Sosialis. Artinya, SA dan Resistance adalah tim yang sama. Kami memiliki tujuan akhir yang sama dan kita membangun gerakan yang sama, tetapi kita tetap organisasi independen dan kita memiliki peranan yang berbeda.


Gambar & organisasi nasional pertanyaan

Salah satu proyek nasional saat ini untuk Perlawanan adalah update dan reediting dari Perlawanan Apa Stands Sebab, pengantar kita majalah dan terpenting dalam radikal, sosialis pendidikan.

Untuk mencerminkan komitmen yang serius Perlawanan telah membuat gerakan iklim jelas penulisan ulang itu diperlukan karena, misalnya, tidak ada menyebutkan frasa "perubahan iklim". Kita perlu mempromosikan ide-ide kami di solusi perubahan iklim dan eko-sosialisme.

Selain itu, kami perlu memperkuat pandangan abad ke-21 sosialisme, krisis kapitalisme, dan perang imperialis yang terus di Irak dan meningkat di Afghanistan.

Bahan propaganda yang baik harus menjadi bagian dari cara kita tumbuh Perlawanan - dan sehingga menulis ulang dan meluncurkan WRSF di setiap cabang sangat penting. Peluncuran harus menjadi besar dan inspiratif - bahkan pengumpulan dana politik - namun laporan ini mengusulkan cabang membuat meluncurkan publik dari mag dan bekerja isu baru ke dalam seri pendidikan kita.

Perlawanan delapan anggota wrote kontribusi mag baru dan kebanyakan mereka adalah jangka panjang pemimpin sangat berkembang dan juga semua anggota DSP. Namun, 12 anggota DSP mengambil bagian dalam membaca konten, berpikir melalui politik dan berkontribusi terhadap struktur secara keseluruhan. Ini adalah jelas dan contoh konkret dari kolaborasi, atau "mentoring", antara DSP dan Resistance, dan contoh dari apa yang kita tidak boleh kehilangan dalam merger.


Pendidikan

Pendidikan sangat diperlukan untuk pengembangan kader dalam organisasi revolusioner. Penilaian kami atas situasi politik, bagaimana kita memprioritaskan kampanye dan cara di mana kita mengatur harus selalu mengalir dari pemahaman sejarah dan pelajaran. Pendidikan dalam organisasi kami berarti bahwa kita tidak mulai dari nol dalam hal politik dan perkembangan organisasi, tapi lulus pada pelajaran dan pengalaman.

Pendidikan di seluruh negeri tidak merata tetapi mengingat pentingnya pendidikan untuk pengembangan kader dan pendekatan revolusioner kita, kita perlu memastikan bahwa pendidikan tetap menjadi fokus penting bagi Perlawanan.

Seiring dengan ini kita harus menyadari bahwa Aliansi Sosialis adalah organisasi yang kurang homogen daripada DSP, dan pendidikan kita akan mencerminkan hal ini. Hal ini menawarkan kesempatan baik untuk belajar dan terlibat dengan apa, banyak dari kita, adalah materi baru dan juga untuk mempertajam argumen kita.

Jadi, untuk mencerminkan pentingnya pendidikan dan apa yang bisa berpotensi berarti dalam konteks merger, Resistance telah memutuskan bahwa cabang-cabang rencana jadwal pendidikan. Hal ini seharusnya terjadi di tingkat cabang sehingga dapat tersambung dengan kampanye cabang, sesama-wisatawan serta kapasitas kita untuk melaksanakannya.

Beberapa cabang berada dalam posisi yang lebih baik untuk melaksanakan program pendidikan dan cabang-cabang ini bisa membuat praktik pengiriman melalui pembicaraan dan rencana untuk semua orang. Melaksanakan rencana ini bersama-sama dengan Aliansi Sosialis harus menjadi tujuan dari kedua organisasi.

Kita masih perlu bertujuan untuk melibatkan anggota baru di "Introduction to Resistance", ITS dan ITM kelas. Baru harus WRSF dokumen kunci yang kita gunakan. Jika Perlawanan dapat berjalan secara independen ini, hal ini harus bagaimana itu dilaksanakan. Namun, contoh Hobart "co-sponsor" peristiwa-peristiwa bisa menjadi cara yang berguna untuk membantu program pendidikan cabang dan membangun kembali mereka lebih kuat, jadi kawan-kawan harus mencobanya.


GLW distribusi

Ketika datang ke GLW distribusi, Perlawanan partisipasi dan organisasi yang tidak merata. Tahun ini kami mencoba reprioritise GLW, tetapi telah keras: penjualan sebagian besar dilihat oleh keanggotaan kita sebagai sesuatu yang dilakukan oleh kepemimpinan kita karena melengkapi pekerjaan kami bukan itu yang menjadi pusat kepada pekerjaan kita.

Kampanye dengan Green Left Weekly adalah dasar bagi kios mingguan kami dan jangkauan publik, tetapi merupakan basis politik untuk penilaian kami, ini adalah akses kita kepada orang-orang di jalan dan sentimen dan perasaan mereka.

Mel B nasional ditugaskan untuk berbicara dengan cabang-cabang untuk meyakinkan anggota kertas pusat, bukan sifat yang saling melengkapi - meyakinkan orang tentang pentingnya politik kertas dan beberapa langkah-langkah nyata untuk melakukan hal ini.

Penjualan kelemahan kita datang dalam konteks DSP juga berjuang untuk lebih baik mengatur distribusi GLW. Ini berarti bahwa sementara kita harus terus mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan penjualan dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya politik Green Waktu dan kios-kios kami, mengubah situasi ini harus terjadi bersama-sama dengan DSP dan Aliansi Sosialis.

Beberapa cabang yang tidak menjual tahun lalu sekarang dan Perlawanan terorganisir kios dan tempat-tempat penjualan. Dalam dua cabang DSP outsells Perlawanan paling minggu.

Kita harus berupaya untuk memasukkan anggota Perlawanan dalam diskusi-diskusi dalam Aliansi Sosialis tentang kios dan penjualan dan berkomitmen untuk target sebagai sebuah organisasi sebagai bagian dari cabang secara keseluruhan target. Kita juga perlu untuk memperdalam koordinasi nasional dan motivasi politik di daerah ini pekerjaan kami.


Keuangan

Keuangan Resistance cukup lemah, tapi ini bukan baru. Kita tidak memenuhi dasar-dasar, seperti mengejar hingga iuran secara teratur di cabang dan mengirim mereka melalui kantor nasional bersama dengan biaya tukang kayu, dan kami tidak mempunyai diskusi politik tentang keuangan di cabang-cabang kami sebagian besar waktu.

Selain itu, karena ini adalah masalah jangka panjang, kesadaran keuangan dalam Resistance sangat miskin dan pemahaman tentang sumber daya kita perlu melakukan apa yang kita lakukan adalah tidak benar-benar dipahami oleh banyak keanggotaan kami.

Dalam praktek kita sering mengandalkan DSP untuk mengembangkan kesadaran keuangan antara kawan Perlawanan, yang merupakan perhatian diberikan merger proposal.

Namun, kepemimpinan nasional kita telah membuat bergerak ke arah balik di sekitar ini dan kami telah membuat beberapa kemajuan tahun ini: Perlawanan tidak menggunakan subsidi penuh itu dialokasikan dalam anggaran DSP tahun ini karena kita memiliki keduanya meningkatkan jumlah uang masuk Kantor Nasional, dan karena kita telah mengurangi pengeluaran.

Dua cabang, Brisbane dan Wollongong, membayar penopang reguler ke kantor nasional. Perlawanan Wollongong juga membuat sumbangan bulanan Pusat Aktivis sewa.

Resistance memiliki fraksi keuangan nasional yang dihadiri oleh 11 orang. Kami berbicara melalui dasar-dasar apa yang perlu dilakukan di tingkat cabang dan tentang keuangan meningkatkan kesadaran di antara para anggota. Beberapa diskusi tampak pada penggalangan dana dan hibah tetapi fokus yang jelas keluar dari pertemuan ini adalah bahwa kita perlu untuk mendapatkan hak dasar dan berbicara dengan anggota Resistance mengenai hakikat politik keuangan.

Kita perlu bertujuan untuk pengumpulan iuran dari semua orang yang menganggap dirinya sebagai anggota Perlawanan, dan memiliki semua iuran diteruskan ke Kantor Nasional. Ini adalah langkah pertama dalam memenangkan anggota bundar kesadaran keuangan.

Kami menutupi biaya Graham Brown wisata di pertengahan tahun. Ini kita harus menggunakan sebagai motivasi untuk mendorong pendekatan yang lebih sadar keuangan kami: memastikan bahwa inisiatif, peristiwa dan tindakan yang didukung oleh sumber daya dan keuangan.

DSP direktur keuangan dan orang-orang mengepalai Aliansi Sosialis keuangan di cabang mereka harus bertujuan untuk bertemu dengan Perlawanan penyelenggara atau orang yang ditugaskan untuk keuangan setidaknya sebulan sekali. Perlu dengan baik dan ini adalah karena masalah keuangan dalam Aliansi Sosialis masih sedang dikembangkan tetapi itu adalah tempat diskusi yang terjadi dalam waktu dekat jika kita ingin mempertahankan pusat aktivis kita, kemampuan untuk menerbitkan buku-buku dll Hal ini akan membantu dengan pengembangan kesadaran dalam Perlawanan keuangan dengan mendasarkan keputusan dalam sumber daya kita harus membawa mereka keluar. Ini tentang mengembangkan generasi berikutnya dan direktur keuangan jangka panjang tulang punggung partai.

Resistance juga meluncurkan auto-debet nasional kampanye untuk meyakinkan anggota untuk membayar iuran dan janji seperti ini. Sekali lagi, ini adalah tempat DSP's organisasi dan pengalaman politik yang dapat membantu.


Kepemimpinan nasional

Namun, semua kampanye ini bergantung pada memperkuat kepemimpinan nasional kita, dan kawan-kawan yang ditugaskan secara nasional.

Kami memiliki tim kepemimpinan nasional yang memenuhi mingguan, tetapi kita hanya memiliki satu orang paruh waktu di kantor nasional. Karena ini kami memiliki tim kepemimpinan nasional di mana keputusan-keputusan dilakukan oleh anggota sekretariat, NE dan NC.

Hal ini menandai langkah maju yang besar secara politis karena memiliki diskusi didasarkan pada kenyataan tentang apa artinya untuk membuat dan melaksanakan keputusan. Ini berarti sebuah pergeseran dari diskusi tentang apa yang seharusnya dilakukan Perlawanan, dan memperpanjang diskusi ke dalam apa yang kita memiliki kemampuan untuk melakukannya: ia telah memaksa kami untuk memprioritaskan.

Akibatnya anggota sekretariat Jay M, Mel B dan Tim D adalah semua memainkan peran lebih dari nasional.

Tapi waktu dan jarak tetap masalah. Banyak anggota badan-badan ini juga pemimpin dalam gerakan-gerakan dan, sebagai akibatnya, secara tidak sengaja memprioritaskan kerja cabang. Sebuah faktor sedang di kota yang berbeda ke kantor nasional.

Hal ini berarti kembali skala nasional koordinasi keuangan, GLW penjualan dan kampanye. Solusi yang kita cari di adalah memiliki tiga orang paruh waktu di kantor nasional dari awal tahun 2010. Jess akan tinggal di NO, dan Jay F dan Simon C dari sekretariat telah menunjukkan bahwa mereka yang tersedia untuk memainkan peran ini.

Kami optimis tentang apa ini berarti koordinasi nasional dan dukungan cabang. Tiga orang di kantor nasional akan membantu menciptakan kondisi di mana kita dapat fokus pada koordinasi keuangan nasional, GLW dan kampanye.

Sejak Juni NC, Resistance telah membahas pentingnya mendapatkan Kampanye Resistance keluar setiap dua minggu. Resistance Kampanye dan mengambil bagian di SA anggota nasional 'newsletter adalah contoh pertanyaan yang lebih luas kolaborasi nasional dan diskusi.

Laporan ini menegaskan kembali perspektif pekerjaan pemuda memberikan suara pada pada bulan Juni NC. Ada kelemahan dalam Perlawanan bahwa kita harus terus alamat, atau risiko mistraining generasi kepemimpinan partai. Hal ini harus dilakukan melalui Perlawanan nasional, dan dengan melanjutkan kerja sama yang erat, dalam cara yang fleksibel dan informasi, dari rekan-rekan di DSP dan SA.


read more...

Sabtu, 12 Desember 2009

KPK-PRD Siantar Serukan Lawan Perampok Uang Rakyat


Massa KPK-PRD Unjuk Rasa Datangi Kantor DPRD P Siantar dan Balaikota * Desak Presiden Menahan Anggodo W, AH Ritonga dan Susno Duadji
Posted in Marsipature Hutanabe by Redaksi on Desember 10th, 2009

Pematangsiantar (SIB)
Massa Komite Pimpinan Kota-Partai Rakyat Demokratik (KPK-PRD) unjuk rasa, Rabu (9/12) mendatangi Kantor DPRD Pematangsiantar dan Balaikota. Unjukrasa KPK-PRD berlangsung aman dan tertib mendesak Presiden tentang pemberantasan mafia hukum dalam seratus hari. Bukan dua tahun dan tidak perlu membentuk satgas cukup menahan Anggodo Widjoyo, Abdul Hakim Ritonga dan Susno Duadji.

Desakan tertulis itu sebagai pernyataan sikap pengunjukrasa setelah dibacakan Davidson di hadapan empat anggota DPRD Pematangsiantar yakni Ir Rudolf Hutabarat, Kiswandi SAg, Kristina Novelindah dan Asbol Sidabalok. Seusai dibacakan langsung diserahkan kepada Ir Rudolf Hutabarat, tanpa ada dialog atau kata penerimaan dari wakil rakyat tersebut. Lalu pengunjukrasa meninggalkan kantor DPRD menuju Balaikota.
Ada tiga butir pernyataan sikap massa KPK-PRD sebagai dalam bentuk desakan pertama, pemberantasan mafia hukum dalam seratus hari, bukan dua tahun. Tidak perlu membentuk satgas, Presiden cukup menahan Anggodo Widjoyo, Abdul Hakim Ritonga dan Susno Duadji serta mencopot Kapolri maupun Jaksa Agung.

Selain itu Wapres Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani agar dinonaktifkan dari jabatannya sampai skandal Bank Century menjadi terang benderang.. Presiden didesak segera mengeluarkan Perppu untuk mengganti UU PPATK agar data aliran dana dapat juga diakses KPK, tidak hanya kepolisian dan kejaksaan.

Massa pengunjukrasa menyampaikan ancaman. Yakni jika ketiga tuntutan tidak segera ditepati, rakyat pembayar pajak bisa saja melakukan pembangkangan sipil dengan mogok membayar pajak. Jangan salah, membayar pajak adalah juga politik rakyat bersifat hakiki – di luar hak memilih setiap lima tahunan saat pilkada ataupun pemilu.
Lalu di alinea lain pernyataan tertulis tersebut, seratusan massa pengunjukrasa menyebut mewakili dari seluruh elemen rakyat kota Adipura tersebut menyerukan kepada rakyat agar tidak memilih pemimpin kota Pematangsiantar yang “neolib dan koruptor” pada Pilkada 2010 mendatang.

Pengunjukrasa menyerukan tuntutan keadilan sosial mendesak kejaksaan segera menangkap dan amengadili koruptor yang masih berada di tengah-tengah kehidupan kota Pematangsiantar, tolak ruilslag SMAN 4, rehabilitasi Pajak Horas, cairkan dana insentif guru dan tolak UU BHP (Badan Hukum Pendidikan) yang membuat pendidikan menjadi sarang komersil.

GELAR teatrikal

Seusai menyampaikan pernyataan sikap di kantor DPRD setempat, massa KPK-PRD menuju Balaikota. Setiba di kantor walikota tersebut, massa merangsek langsung ke tangga Balaikota. Sembari gantian menyampaikan orasi, aksi yang mendapat pengawalan pihak kepolisian berlangsung aman dan tertib.

Massa pengunjukrasa seperti tak butuh diterima pejabat di Pemko setempat.. Hampir setengah jam berada di pelataran Balaikota sambil duduk santai menyaksikan gelar teatrikal, menggambarkan kehidupan rakyat miskin karena kesulitan ekonomi. Perilaku kepahitan hidup rakyat miskin diterpa kesulitan ekonomi tak berkesudahan dipertontonkan enam pria muda dalam gelar teatrikal tersebut. Klimaks gelar teatrikal dimaksud, lalu selembar kertas manila digurati bentuk gugusan pulau-pulau nusantara ini, dibakar. Pengunjukrasa pun meninggalkan Balaikota dengan tertib dan aman.(S2)


read more...

Selasa, 08 Desember 2009

Hari Anti Korupsi Sedunia - Kantor Gubernur Jadi Target

Wednesday, 09 December 2009 10:07

Ribuan massa menggelar aksi turun ke jalan dalam rang-ka memeringati Hari Anti Korupsi Sedunia, Rabu (9/12) hari ini. Di Medan, massa akan berkumpul dan mengepung kantor Gubsu di Jalan Diponegoro Medan.

Polda Sumut telah mengerahkan ribuan personil guna mengantisipasi demo anarkis.Antisipasi dilakukan menyusul informasi intelijen yang menyebutkan adanya gelombang massa turun ke jalan. Personil yang dikerahkan merupakan gabungan dari Samapta Polda Sumut, Brimobdasu dan Samapta Poltabes Medan.

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Drs H Baharudin Djafar Msi menyatakan, polisi harus humanis menyikapi aksi gelombang massa. "Sebagai pelindung harus mampu menciptakan rasa nyaman dalam memberikan pelayanan dan memberikan ketertiban bagi masyarakat," harap Baharudin saat ditemui wartawan, Selasa (8/12) di Mapolda Sumut.

Meski demikian, mantan Wadir Intel Polda Sumut itu menegaskan, tiada kata kompromi bagi aksi massa bertindak anarkis. "Pasti diproses sesuai dengan hukum yang berlaku," katanya.

Siap Siaga

Aksi yang akan dipusatkan di kantor Gubsu ini, disebut-sebut meminta penuntasan isu nasional Bank Century.Untuk mengatasipasi hal-hal yang tidak diinginan RSU Dr Pirngadi Medan dan PMI Medan siap memberikan bantuan dalam segi kemedisan.

Humas RSU Dr Pirngadi Medan, Drg Susyanto, Selasa (8/12) mengatakan, sebanyak 4 unit mobil ambulan dengan 16 kru kesehatan disiapakan di lokasi tersebut. Sementara RSU Pirngadi Medan siap menampung segala keperluan yang dibutuhkan ketika ada pengunjukrasa yang membutuhkan pertolongan segera.

"Namun kami berharap dalam aksi damai memperingati hari anti korupsi tersebut, tidak disertai dengan tindakan-tindakan yang bisa membahayakan keselamatan semuanya," minta Susyanto.

Sebelumnya, aksi ini akan dilakukan mayoritas dari para LSM yang tergabung dalam Koalisi Forum Kebangsaan Sumatera Utara di Medan. Juru bicara Forum Kebangsaan, Muhammad Ikhyar, mengatakan, direncanakan akan turun seribuan massa.

Disebutkan, ada sebelas LSM yang rencananya ikut dalam aksi di bawah bendera koalisi ini yaitu, Partai Rakyat Demokratik (PRD), Serikat Tani Nasional Indonesia (STNI), Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI), Liga Mahasiswa Nasional Demokratik (LMND), Generasi Muda Nahdlatul Ulama (GMNU), ARUS Malaka, Yayasan PARAS (Penguatan Rakyat Pedesaan), Pusat Bantuan Hukum Rakyat (PBHR), Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Muda, Perhimpunan Buruh Perkebunan Independen (Perbuni) dan Serikat Buruh Independen (SBI).

Kantor Gubsu yang menjadi tujuan lokasi aksi, karena hal tersebut melambangkan representasi pemerintahan. Sebab aksi korupsi dilakukan oleh para pemegang kekuasaan. ''Gubernur adalah perpanjangan tangan pemerintah pusat di daerah atau sebagai representasi pemerintah di daerah,'' kata Ikhyar.

Aman

Ketakutan akan munculnya demo anarkis dipatahkan Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri. Dia menjamin kesiapan petugas keamanan pada 9 Desember, sehingga aksi bisa berlangsung tertib. "Insya Allah semua komponen yang hadir di tengah-tengah masyarakat dalam rangka memperingati ini (hari antikorupsi) tentunya akan damai dan memberikan satu kesejukan dalam rangkaian kegiatan yang dilakukan teman-teman semua," ujar Kapolri di Mabes Polri, Selasa.

Menurut Kapolri, pihaknya tidak akan mempermasalahkan aksi yang akan dilakukan karena hal ini juga dilakukan diseluruh dunia. Namun demikian prosedur pengamanan tentunya akan dilakukan oleh kepolisian.

"Kepolisian tetap akan memberikan pelayanan dalam rangka kegiatan tersebut, kita akan amankan dengan sebaik-baiknya," imbuh jenderal bintang empat tersebut.

Peringatan hari anti korupsi mendapat dukungan dari semua pihak. Terlebih institusi penegak hukum menyatakan, peran serta masyarakat dalam penegakan keadilan akan semakin tinggi jika menerima pelayanan yang transparan dan maksimal dari para penegak hukum. Hal itu disampaikan Ketua Umum Front Komunitas Indonesia Satu (FKI-1), M Julian Manurung.

"Dengan penegakkan hukum yang maksimal akan menumbuhkan keyakinan bahwa hukum masih bisa ditegakkan di negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hukum bukan milik kelompok tetentu," tukas Julian.

read more...

Massa Aksi Antikorupsi di Bali Ancam Dongkel SBY

Rabu, 09 Desember 2009 | 10:05 WIB

TEMPO Interaktif, Denpasar - Ratusan orang dari berbagai elemen di Bali melakukan aksi unjuk rasa memperingati Hari Antikorupsi se-dunia di depan Lapangan Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Denpasar, Rabu (9/12) pagi.

Massa berasal dari Aliansi Mahasiswa se-Bali dan Masyarakat Anti Korupsi (Masak) Bali. Para demonstran membawa sejumlah spanduk melawan korupsi. Mereka juga menyampaikan yel-yel menurunkan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

Para demonstran menyoroti soal penyelesaian skandal Bank Century. Bahkan ada orator aksi yang mengancam akan menurunkan pemerintahan Presiden Yudhoyono jika terlibat dalam kasus Century dan gagal memberantas korupsi. Mereka menuding pemerintahan kedua Yudhoyono ini tidak mampu memberantas tindak korupsi. ‘’Gulingkan rezim korup,’’ ujar salah seorang orator.

Dalam orasinya, salah seorang penggerak aksi, I Wayan Nampe mengatakan Hari Antikorupsi itu merupakan momentum mendukung Panitia Khusus Hak Angket Century.

Para demonstran dari Aliansi Mahasiswa se-Bali tersebut juga mendesak penyelesaian kasus Century dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Mereka meminta semua pihak yang terlibat diadili. ’’Kembalikan uang rakyat,’’ seru mereka.

Sedangkan orator dari Masak Bali, Khadafi mengatakan, apabila pemerintahan Yudhoyono tidak becus menangani kasus korupsi, jangan salahkan rakyat membuat aksi yang lebih besar seperti aksi revolusi.

Massa dari Masak Bali juga menyampaikan pernyataan sikap untuk segera menyelesaikan skandal Century , mengusut tuntas seluruh kasus korupsi di tingkat daerah dan pusat. Mereka juga menuntut mafia peradilan segera dihentikan serta menggunakan hak angket dengan sebaik-baiknya untuk meminta keterangan presiden dan pejabat terkait kasus Bank Century.


read more...

Demonstran Jember Desak SBY-Boediono Mundur

Rabu, 09 Desember 2009 | 10:55 WIB

TEMPO Interaktif, Jember -Sebanyak 500 mahasiswa menggelar unjuk rasa memperingati hari anti korupsi di Jember. Aksi dipusatkan di depan kantor DPRD Jembe. Untuk menghindari kemacetan kepolisian Jember menutup jalan di sekitar gedung DPRD Jember itu sejak pukul 10.00 tadi.

"Terpaksa kami alihkan, karena konsentrasi massa sudah mulai berkumpul di sini (gedung DPRD)," kata Wakil Kepala Polres Jember Komisaris Polisi Rizal Irawan, Rabu (9/12).

Aksi ini dijaga sekitar 600 personel dari Kepolisian Resort (Polres) Jember.

Jalan utama yang ditutup adaah jalan Jawa, Jalan Kalimantan, Jalan Bengawan Solo dan Jalan Sumatera. Selain dijaga ketat, polisi juga menggunakan palang-palang besi dalam radius 100 hingga 300 meter dari bundaran jalan di depan kantor DPRD Jember.

Arus lalu lintas dialihkan sebgaian ke kawasan kompleks kampus Universitas Jember, Jalan Ahmad Yani dan jalan Mastrip.

Meski demikian, ratusan warga Jember nampak antusias menyaksikan aksi mahasiswa itu di pinggir jalan.

Hingga saat ini aksi kelompok mahasiswa yang terdiri dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Ikatan Mahasisswa Muhammadiyah (IMM) Jember itu terus berlanjut.

Masing-masing kelompok menyebar di sekitar bundaran jalan. Masing-masing menggelar orasi dan aksi teatrikal.

Massa mendesak duet pemimpin SBY-Boediono serta menteri Sri Mulyani mundur dan mendukung KPK mengunsut tuntas skandal Bank Century.


read more...

Boediono, Sri Mulyani, Hendarman, dan Susno "Ditahan" di Semarang

Rabu, 09 Desember 2009 | 11:16 WIB

TEMPO Interaktif, Semarang - Selain berorasi menyerukan pemberantasan korupsi, para pengunjukrasa memperingati hari antikorupsi hari ini, Rabu (9/12) di Semarang juga mengusung miniatur penjara dari ranting bambu.

Di dalam "penjara" tersebut digantung ganbar Wakil Presiden Boediono, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Ketua Kejaksaan Agung Hendrman Supanji, dan mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Komisaris Jenderal Susno Duaji. "Keempat pejabat ini harus diproses secara hukum," kata Eko Haryanto, juru bicara pengunjuk rasa.


Boediono dan Sri Mulyani dianggap bertanggungjawab atas kasus Bank Century yang merugikan negara Rp 6,7 triliun. Hendarman dan Susno dianggap bertanggungjawab atas upaya kriminalisasi Komisi Pemberantasan Korupsi.



read more...

Kamis, 03 Desember 2009

Mahkamah Agung Larang Ujian Nasional (UN) 2010


Mahkamah Agung (MA) melarang pemerintah melaksanakan Ujian Nasional (UN). MA menolak kasasi gugatan Ujian Nasional (UN) yang diajukan pemerintah. Dengan putusan ini, UN dinilai cacat hukum dan pemerintah dilarang menyelenggarakan UN. Batas waktu pelarangan UN ini berlaku sejak keputusan ini dikeluarkan dan sebagai konsekuensinya pemerintah ilegal melaksanakan UN 2010. Pemerintah baru diperbolehkan melaksanakan UN setelah berhasil meningkatkan kualitas guru, meningkatkan sarana dan prasarana sekolah serta akses informasi yang lengkap merata di seluruh daerah.

Berdasarkan informasi perkara di situs resmi MA, perkara gugatan warga negara (citizen lawsuit) yang diajukan Kristiono dkk tersebut diputus pada 14 September 2009 lalu oleh majelis hakim yang terdiri atas Mansur Kartayasa, Imam Harjadi, dan Abbas Said.


Mahkamah Agung menolak permohonan pemerintah terkait perkara ujian nasional, dalam perkara Nomor : 2596 K/Pdt/2008 dengan para pihak Negara RI cq Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono; Negara RI cq Wakil Kepala Negara, Wakil Presiden RI, M. Jusuf Kalla; Negara RI cq Presiden RI cq Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo; Negara RI cq Presiden RI cq Menteri Pendidikan Nasional cq Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan, Bambang Soehendro melawan Kristiono, dkk (selaku para termohon Kasasi dahulu para Penggugat/para Terbanding).

-Mahkamah Agung-

Ini berarti putusan perkara dengan Nomor Register 2596 K/PDT/2008 itu sekaligus menguatkan putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta pada 6 Desember 2007 yang juga menolak permohonan pemerintah. Namun, pada saat itu pemerintah masih melaksanakan UN pada tahun 2008 dan 2009. Ini berarti pelaksanaan UN 2008, 2009 yang ‘memaksa’ kelulusan siswa ditentukan beberapa hari merupakan tindakan melanggar hukum. Dalam hal ini, Presiden SBY, Wakil Presiden JK, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo, dan Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Bambang S, dinyatakan lalai memberikan pemenuhan hak asasi manusia (HAM) terhadap warga negara, khususnya hak atas pendidikan dan hak anak yang menjadi korban UN.

Pemerintah juga dinilai lalai meningkatkan kualitas guru, terutama sarana dan prasarana sekolah, akses informasi yang lengkap di seluruh daerah sebelum melaksanakan kebijakan UN. Pemerintah diminta pula untuk segera mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi gangguan psikologis dan mental peserta didik usia anak akibat penyelenggaraan UN.

Amunisi Terakhir Pemerintah, Peninjauan Kembali (PK)

logo depdiknas

Meski MA melalui putusan perkara dan kasasi bahwa pemerintah dilarang melaksanakan UN sebagai standar baku kelulusan siwa. Namun, pemerintah masih bersikeras agar UN tetap dilaksanakan. Untuk melegalkan misi itu, pemerintah SBY melalui menteri Menteri Pendidikan Nasional dan BSNP akan mengajukan Peninjauan Kembali (PK) atas putusan Mahkamah Agung (MA) yang mengabulkan gugatan agar Ujian Nasional (UN) dilarang. Inilah satu-satunya amunisi yang tersisa bagi pemerintah untuk melegalkan pelaksanaan UN.

Bila PK ini dimenangkan oleh pemerintah SBY, maka UN 2010 akan legal dilaksanakan. Namun, jika PK ini ditolak, maka secara yuridis pemerintah dilarang melaksanakan UN 2010. Ini akan menjadi bumerang bagi pemerintah terutama Mendiknas. Pelaksanaan UN tanpa dasar hukum berpoteni menjadi tindakan kriminal kepada negara karena telah ‘menghabiskan anggaran negara untuk kegiatan berlawanan hukum”.

Anggaran UN yang Mahal vs Paradigma Pendidikan

Pada tahun 2009, pemerintah menghabiskan 572 miliar rupiah (setengah triliun) untuk pelaksanaan ujian nasional. Namun sayangnya, anggaran negara yang besar yang dikeluarkan untuk pelaksanaan UN 2009 masih sarat dengan praktik ketidakjujuran.

Banyak sekolah membocorkan ataupun memberikan kunci jawaban kepada siswa-siswinya ketika UN. Para pengawas [termasuk pengamat independen] lebih banyak bungkam melihat realitas tersebut. Tidak sedikit guru bahkan kepala sekolah memberi bocoran kunci jawaban agar pamor sekolahnya bertahan ataupun naik jika semua siswanya lulus atau bahkan lulus dengan nilai tinggi. Hal ini bahkan terjadi secara bsistematik yang mana kepala dinas pendidikan di beberapa daerah tertentu ikut ‘menfasilitasi’ kecurangan UN di wilayahnya.

Dan yang paling parah adalah terjadinya ‘mafia kunci UN’. Pada subuh hari, oknum diknas bekerja sama dengan mafia untuk mendapatkan sosial UN sekaligus pada pagi-paginya akan memberikan kunci jawaban kepada ‘pemesan’, baik siswa, orang tua siswa, maupun pihak sekolah.

Ketidaksiapan penyelenggaraan UN yang bersih dan jujur, membuat dunia pendidikan menjadi tercoreng. Pendidikan yang bertujuan untuk mendidik ilmu pengetahuan dan moralitas siswa didik pada akhirnya mendidik ketidakjujuran siswa itu sendiri. Disisi lain yang lebih mendasar, pelaksanaan UN tanpa persiapan yang memadai secara langsung mendidik sikap mental siswa untuk mencapai sesuatu secara instan. Sehingga baik siswa maupun tenaga pendidik cenderung terbentuk watak ‘manusia instan’.

Selain itu, telah terjadi pergeseran paradigma para pendidik. Banyak tenaga pendidik di sekolah-sekolah merasa bahwa mereka mendidik siswa-siswi hanya untuk meluluskan siswanya dari UN. Proses panjang dalam belajar-mengajar selama 3 atau 6 tahun, hanya ditentukan 3-5 hari Ujian. Hal ini semakin jauh dari esensi pendidikan yakni mendidik. Sekolah dan tenaga pendidik semulanya berperan besar pada mendidik siswa dalam pengetahuan, etika dan moral, kini cenderung mengajar bagaimana lulus UN. Hal ini pun dimanfaatkan bermacam-macam lembaga pendidikan, baik diluar sekolah maupun di internal sekolah [menjadi alasan sekolah menarik iuran dari orang tua].

Best Solution

Selama masih terjadi ketimpangan pemerataan kualitas sekolah di berbagai daerah, maka UN tidak cocok digunakan untuk menentu kelulusan siswa. Kelulusan siswa hanya dengan melihat nilai UN sungguhlah tidak fair. Lulus atau tidaknya seseorang dalam suatu sistem pendidikan tidak hanya ditentukan oleh ‘otak’, namun juga harus memperhatikan ‘hati’ atau etika. Oleh karena itu, maka lebih baik fungsi UN dikembalikan seperti fungsi Ebtanas (Evaluasi Tahap Akhir Nasional) yang di-upgrade.

Dalam hal ini, pemerintah dapat tetap melaksanakan UN dengan tujuan:

* Standar untuk mengukur kualitas sekolah di Indonesia.
Dari hasil UN, maka diknas harus menindaklanjuti sekolah-sekolah yang masih jauh dibawah rata-rata nasional. Apakah guru, sarana-prasarana atau siswanya atau ketiganya yang membuat siswa mampu atau tidak dalam mengerjakan soal ujian nasional? Kelulusan siswa ditentukan oleh guru/sekolah dengan memasukkan faktor prestasi selama 3 tahun + etika/moralitas+hasil ujian nasional.
* Standar untuk masuk ke jenjang pendidikan lebih lanjut.
Nilai UN/UAN/Ebtanas dijadikan standar untuk masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya. Nilai UASBN SD sebagai standar seleksi masuk ke jenjang SMP. Nilai UN SMP sebagai standar seleksi masuk ke jenjang SMA. Dan nilai UN SMA digunakan sebagai standar seleksi masuk PT.
Nilai UN hanya dapat dijadikan sebagai standar masuk ke jenjang lebih lanjut dengan syarat pelaksanaan UN tersebut harus jujur, transparan dan kredibel. Beberapa sistem dalam ujian seleksi masuk perguruan tinggi dapat diterapkan di UN.
* Standar untuk masuk kerja, beasiswa dll
Apabila pelaksanaan UN dapat berjalan secara jujur dan kredibel, maka nilai UN menjadi tolak ukur penerimaan tenaga kerja atau beasiswa.

Apabila paradigma UN diubah seperti diuraikan diatas, maka UN dapat menjadi ajang untuk menguji kemampuan kita secara nasional. Nilai UN yang tinggi akan mempermudah kita melanjutkan studi ke sekolah yang lebih baik. Dan apabila peserta UN mendapat nilai yang jelek, maka tentunya mereka akan kesulitan mendapat sekolah yang baik. Namun, baik yang mendapat nilai UN yang tinggi maupun rendah, keputusan lulus haruslah kembali pada sang guru.

read more...

BPK : Kebijakan Bailout Century Salah! (Rp 500 M Mengalir Ke Politisi)

Bank Indonesia (1)

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam laporan audit investigasinya, menyatakan kebijakan yang diambil oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan atau (KSSK) dalam pengucuran dana sebesar Rp 6,7 triliun terhadap Bank Century dinilai salah.
Kesalahan disebabkan antara lain karena ketidaktepatan penilaian terhadap kondisi bank tersebut sehingga dana yang cukup besar dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sampai dikeluarkan untuk penyehatan bank tersebut (Kompas). Ini merupakan informasi-informasi yang berhasil dihimpun Kompas dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Minggu (22/11) malam di Jakarta.

BPK telah menyerahkan laporan final Audit Investigasi Bailout Bank Century pada hari ini, 23 November 2009 Pukul 10.00 WIB kepada DPR. Laporan Audit BPK ini ditunggu-tunggu oleh banyak pihak karena menyangkut masalah besar bangsa ini, terlebih mereka yang bertanggungjawab dalam pengucuran dana talangan Bank Century kini menduduki posisi sentral di pemerintahan. Setahun lalu tepatnya 21 November 2009, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memutuskan menyelamatkan Bank Century. Dari perkiraan awalnya hanya Rp 632 miliar membengkak menjadi Rp 6,76 triliun.

“Telah terjadi suatu hal yang diduga menjadi pelanggaran dimana Century punya SSB (Surat-Surat Berharga) macet dinilai lancar oleh BI, kemudian pada proses merger dan akuisisi 2005 BI bersikap tidak tergas,” ungkap Ketua BPK Hadi Purnomo.

Hadi mengatakan, BI tidak tegas dalam meninak berbagai pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Bank Century. BPK menilai BI memberikan keringanan sanksi kepada Bank Century. “BI tidak memberikan sanksi karena pelanggaran BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit), karena Bank Century telah melewati BMPK,” ujarnya.

Pemberian FPJP (Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek) oleh BI kepada Bank Century dikatakan Hadi diduga tidak sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI). “CAR Century pada posisi akhir Oktober 2009 minus 3,53%, ini melanggar PBI No. 10, 30 dimana bank yang mendapat FPJP harus CAR positif,” katanya.

Dikatakannya, dalam penetapan status Bank Century sebagai bank gagal, BI tidak memberikan informasi berdasarkan data-data yang akurat sehingga pengucuran dana bailout Bank Century membengkak dari rencana semula Rp 632 miliar menjadi Rp 6,7 triliun. (detikfinance)

Mereka yang duduk dalam KSSK:

* Ketua KSSK : Gubernur Bank Indonesia Boediono (kini menjadi Wapres),
* Ketua KSSK : Menteri Keuangan Sri Mulyani,
* Sekretaris KSSK : Raden Pardede.

Boediono

Bilamana BPK menyatakan bahwa KSSK (Boediono, Mulyani, Raden Pardede) dinilai salah dalam melakukan bailout Bank Century (BC), maka kasus bailout BC bisa bisa saja berkembang menjadi “Century Gate”. Dari 5 lembar surat notulen ‘private & confidential” Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) tertanggal 21 November 2008, ditemukan kejanggalan penalangan BC. Dalam surat notulen yang ditandatangani Gubernur BI Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani tersebut, terungkap pejabat Departemen Keuangan pada dasarnya tidak setuju atas pendefinisian bahwa Bank century sebagai bank gagal yang sistemik dengan mempertanyakan tentang rencana penyelamatan bank Century.

Poin II tentang ‘Pendapat dan Saran’ notulen rapat :

* No (1) poin (c) : ‘perlu diperhatikan apakah keputusan penyelamatan Bank century dapat menimbulkan sinyal yang dapat menimbulkan moral hazard bagi bank-bank lain’.
* Np (3) : Badan Kebijakan Fiskal (BKF) menyebutkan “Analisis risiko sistemik yang diberikan BI belum didukung data yang cukup dan terukur untuk menyatakan bahwa Bank Century dapat menimbulkan risiko akademik, lebih kepada analisis dampak psikologis”

Menanggapi pertanyaan peserta rapat yang umumnya mempertanyakan dan tidak setuju dengan argumen dan analisis BI yang menyatakan Bank Century berpotensi berdampak sistemik, BI sendiri tidak ‘yakin’ sistemik. “BI menyatakan sulit untuk mengukur apakah dapat menimbulkan resiko sistemik atau tidak karena merupakan dampak berantai yang sulit diukur dari awal secara pasti. Yang dapat diukur hanyalah perkiraan atau biaya yang timbul apabila dilakukan penyelamatan.”

Aliran Dana Rp 500 Miliar Ke Politisi

Beberapa bocoran hasil audit investigatif BPK sudah mulai bertebaran seminggu terakhir. Sebelumnya Wakil Ketua DPR Pramono Anung Wibowo mengatakan sebenarnya audit itu sudah selesai pekan lalu, dan akan diserahkan ke DPR pada Jum’at, 20 November 2009. Tapi karena saat itu Ketua DPR sedang berada di luar kota, menurut Pramono, penyerahan ditunda sampai 23 November 2009.

Dari beberapa bocoran hasil audit tersebut, terdapat indikasi tidak bisa dipertanggungjawabkannya Rp 3,7 triliun dari bail out Rp 6,7 triliun. Salah satu yang cukup ‘panas’ adalah adanya dugaan aliran dana Rp 500 miliar kepada seorang politisi (nasabah). Disinyalir politisi ini ikut bermain dalam proses pengambilan keputusan pencairan dana talangan ke Bank Century (Republika).

Apa itu Gate untuk “Century Gate”?

Berbicara Gate, maka gate yang paling berkesan adalah Skandal Watergate yang menimpa Pres. Amerika Serikat Richard Nixon atau Bulog Gate dan Brunai Gate pada masa pemerintahan Gus Dur. Menurut Sosiolog Universitas Indonesia Thamrin Tamagola, Gate memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut :

1. Melibatkan petinggi negara (orang istana) yaitu presiden, wakil presiden, para menteri atau orang dalam istana.
2. Terbongkar dari peristiwa yang sepele.
3. Saat kasus tersebut terbongkar, maka semua yang terlibat di dalamnya akan tergopoh-gopoh melakukan komunikasi intensif untuk membangun suatu rekayasa
4. Adanya rekaman yang membuktikan kasus tersebut, di mana tidak ada keraguan di dalamnya.
5. Gate selalu disandingkan dengan pers mempunyai peranan yang sangat penting di dalam dinamika kasus tersebut.
6. Jika gate tersebut terus bergulir tanpa ada penyelesaian, maka presiden yang bersangkutan bisa tumbang secara tragis.

Dari segi pengucuran dana saja, sudah dinilai salah. Bagaimana dengan aliran dana BC? Sungguh disayangkan bahawa laporan BPK tidak mencantum audit aliran BC secara detil, karena PPATK belum memberi data yang lengkap!! Tentu, kita akan bertanya-tanya, siapakah politisi yang disinyalir menikmati Rp 500 miliar tersebut? Akankah kasus Century menjadi “Century Gate”?


read more...